Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov.Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov.

Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, baru-baru ini menjadi sorotan media setelah penahanannya di Prancis. Pada Sabtu, 24 Agustus 2024, Durov di tahan di bandara Le Bourget, Prancis, dalam konteks penyelidikan yang melibatkan platform Telegram. Tuduhan yang dihadapinya cukup serius, yakni pelanggaran hukum terkait dengan konten ilegal yang beredar di platform Telegram.

Telegram, yang di kenal sebagai aplikasi pesan instan yang menekankan privasi dan keamanan, kini dituduh sering di gunakan untuk menyebarluaskan materi pelecehan seksual anak dan perdagangan narkoba.

Penyelidik Prancis juga menuduh Telegram menolak memberikan informasi atau dokumen yang di minta untuk membantu penyelidikan. Penahanan Durov bukan hanya menarik perhatian publik karena posisinya yang tinggi sebagai pendiri Telegram, tetapi juga karena dampaknya terhadap reputasi platform tersebut.

Durov, yang di kenal dengan visinya dalam membangun platform komunikasi yang aman, kini menghadapi krisis besar yang dapat mempengaruhi seluruh operasi Telegram dan kepercayaan penggunanya di seluruh dunia.

Setelah menjalani pemeriksaan selama empat hari, Durov akhirnya di bebaskan dari tahanan pada 28 Agustus 2024 lalu. Namun, masalahnya belum berakhir. Dia akan segera menghadapi persidangan untuk menentukan apakah dia akan di kenakan dakwaan lebih lanjut.

Penahanan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana platform digital yang menekankan privasi harus bertanggung jawab terhadap konten yang beredar di dalamnya dan seberapa jauh perusahaan harus bekerjasama dengan otoritas hukum dalam menangani materi ilegal.

Kehidupan Pribadi Durov

Pavel Durov, belakangan ini terungkap bahwa kehidupan pribadi Durov menyimpan sebuah fakta mengejutkan: ia adalah ayah dari lebih dari 100 anak biologis. Fakta ini mencuat setelah di ketahui bahwa selama sekitar 15 tahun terakhir, Durov telah menyumbangkan sperma di 12 negara berbeda.