PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia dan Bio Farma, dua pemain utama dalam industri kesehatan di Indonesia, telah meluncurkan kampanye edukasi besar-besaran yang difokuskan pada pencegahan melalui vaksin kanker serviks.
Kampanye ini bukan hanya sekadar upaya menekan angka kasus kanker serviks di Indonesia.
Tetapi juga mencerminkan langkah strategis untuk memperkuat kemandirian bangsa dalam penyediaan vaksin.
Tentu ini sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan kemandirian kesehatan nasional.
Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, dalam acara kampanye edukasi kesehatan bertajuk “Tenang Untuk Menang: Perempuan Indonesia Merdeka dari Bahaya Kanker Leher Rahim” di Jakarta, Selasa lalu, menekankan bahwa kanker serviks adalah ancaman serius yang harus segera ditangani dengan pendekatan pencegahan yang komprehensif.
Menurutnya, imunisasi HPV adalah langkah utama yang sangat efektif dalam mencegah penyakit ini.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan penyakit kedua yang paling banyak menyerang perempuan di Indonesia.
Yakni, lebih dari 36 ribu kasus dan 20 ribu kematian yang tercatat pada tahun 2022.
“Kita bersama meneguhkan komitmen untuk melawan ancaman besar dalam dunia kesehatan di Indonesia yaitu kanker serviks,” ungkapnya.
Tantangan dan Potensi Efisiensi Biaya dalam Pencegahan Kanker Serviks
Namun, di balik tantangan besar ini, ada peluang untuk meningkatkan efisiensi dalam penanganan kesehatan.
Pengeluaran BPJS Kesehatan untuk penanganan kanker mencapai Rp5,9 triliun pada tahun 2023.
Stylianou menegaskan bahwa dengan meningkatkan cakupan vaksinasi HPV, risiko kanker serviks dapat di hindari dengan efektivitas lebih dari 90 persen.
Hal ini tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, tetapi juga menghemat anggaran negara yang di gunakan untuk penanganan penyakit tersebut.
“Melalui kampanye ini, semoga masyarakat semakin sadar pentingnya pencegahan kanker serviks sebelum terlambat sehingga turut berdampak pada sistem pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Edukasi dan kesadaran masyarakat menjadi kunci dalam upaya pencegahan ini.
Stylianou berharap kampanye yang di lakukan bersama Bio Farma ini dapat mencapai lebih banyak perempuan di seluruh Indonesia. Terutama mereka yang berada di usia produktif.
Dengan demikian, potensi terjadinya kanker serviks dapat di tekan sejak dini, sekaligus mengurangi beban sistem kesehatan nasional di masa depan.
Kolaborasi Bio Farma dan MSD: Langkah Menuju Kemandirian Vaksinasi Nasional
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menyampaikan bahwa kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada penyediaan vaksin tetapi juga pada peningkatan kapasitas nasional dalam produksi vaksin.
Bio Farma berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan vaksin yang di butuhkan oleh pemerintah dan masyarakat luas.
“Tentu kami sebagai perusahaan BUMN, berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan vaksin yang diperlukan oleh program pemerintah maupun masyarakat luas,” ujarnya.
Lebih dari sekadar distribusi, kolaborasi ini juga mencakup transfer teknologi dan pengetahuan dari MSD Indonesia kepada Bio Farma.
Dengan adanya transfer teknologi ini, vaksin yang di produksi di dalam negeri akan memiliki kandungan lokal yang lebih tinggi.
Ini adalah langkah penting dalam mencapai kemandirian vaksinasi nasional.
Nantinya, akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor vaksin dan memperkuat posisi negara dalam menghadapi tantangan kesehatan global.
Transfer teknologi ini juga di harapkan dapat memperluas cakupan vaksinasi bagi masyarakat Indonesia.
Khususnya perempuan di usia produktif yang paling rentan terkena kanker serviks.
Dengan produksi vaksin yang lebih mandiri, di harapkan jangkauan vaksinasi bisa lebih luas dan merata, sehingga lebih banyak perempuan dapat terlindungi dari risiko kanker serviks.
Mendukung Strategi Global WHO untuk Eliminasi Kanker Serviks
Langkah kolaboratif antara Bio Farma dan MSD Indonesia ini juga sejalan dengan Strategi Global WHO untuk Eliminasi Kanker Serviks, yang menargetkan eliminasi penyakit ini pada tahun 2030.
Strategi global WHO memuat target ambisius yang di kenal sebagai pendekatan 90-70-90, di mana 90 persen anak perempuan di bawah usia 15 tahun harus menerima vaksinasi HPV untuk mencegah infeksi.
Sementara 70 persen perempuan berusia 35 dan 45 tahun harus diskrining menggunakan tes dengan performa tinggi, dan 90 persen perempuan dengan lesi pra-kanker harus mendapatkan tata laksana sesuai standar.
Shadiq menegaskan bahwa Bio Farma akan terus mendukung program-program pemerintah dan WHO untuk memastikan tercapainya target eliminasi kanker serviks.
“Kami akan lanjutkan program-program pemerintah dan organisasi kesehatan dunia (WHO) karena tidak mudah meyakinkan pemberian vaksin seperti sekarang ini,” pungkasnya.
Masa Depan Kesehatan Indonesia: Mengurangi Ketergantungan pada Vaksin Impor
Kolaborasi ini tidak hanya menunjukkan komitmen Bio Farma dan MSD Indonesia dalam upaya pencegahan kanker serviks, tetapi juga menggambarkan langkah strategis dalam memperkuat kemandirian Indonesia di bidang kesehatan.