ancaman kanker serviks

Penyakit kanker telah lama menjadi salah satu momok paling menakutkan di dunia kesehatan. Di Indonesia, salah satu jenis kanker yang paling jadi ancaman bagi perempuan adalah kanker leher rahim atau yang lebih di kenal dengan kanker serviks.

Penyakit ini tidak hanya menjadi ancaman serius bagi kesehatan, tetapi juga merupakan salah satu beban terbesar dalam pembiayaan kesehatan negara.

Kanker serviks adalah kondisi ketika terjadi pertumbuhan sel-sel ganas pada leher rahim yang tidak terkendali.

Penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi persisten oleh Human Papillomavirus (HPV) onkogenik, yang dapat mengakibatkan perubahan sel di serviks menjadi kanker.

Infeksi HPV ini seringkali tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi hingga kanker berkembang ke tahap yang lebih lanjut.

Ancaman Kanker Serviks di Indonesia

Dikutip dari CNBC, Menurut Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr. Yudhi Pramono, MARS, Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di kawasan Asia Tenggara untuk angka kasus baru kanker serviks (incidence rate) dan peringkat keempat untuk angka kematian (mortality rate).

Hal ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman kanker serviks di Indonesia, terutama bagi wanita.

“Kanker serviks berada di peringkat kedua terbanyak di alami perempuan di Indonesia,” ungkap dr. Yudhi dalam acara kampanye Rencana Aksi Nasional (RAN) di Jakarta Pusat, Selasa 13 Agustus 2024.

Pernyataan ini menggarisbawahi kenyataan bahwa kanker serviks adalah salah satu masalah kesehatan utama yang harus segera di tangani.

Lebih lanjut, dr. Yudhi menekankan bahwa banyak wanita di Indonesia yang datang untuk mendapatkan penanganan medis sudah berada pada stadium lanjut, yaitu stadium 3 dan 4.

“Biasanya, pasien datang pada stadium lanjut yakni 3-4 dengan pembiayaan cukup besar. Di perkirakan lebih dari 1,7 juta perempuan di Indonesia akan meninggal karena kanker serviks pada tahun 2070 sehingga kasus kanker serviks ini perlu kita kawal,” jelasnya.

Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, karena penanganan kanker pada stadium lanjut membutuhkan biaya yang sangat besar.

Selain itu, peluang kesembuhannya pun lebih kecil di bandingkan dengan penanganan pada stadium awal.

Diperkirakan 2070 Perempuan di Indonesia Meninggal Akibat Kanker Serviks

Tanpa intervensi yang memadai, di perkirakan lebih dari 1,7 juta perempuan di Indonesia akan meninggal akibat kanker serviks pada tahun 2070.

Angka ini menunjukkan betapa besar dampak kanker serviks terhadap populasi perempuan di Indonesia jika tidak ada upaya pencegahan dan penanganan yang efektif.

Oleh karena itu, pencegahan dan pengendalian kanker serviks menjadi salah satu prioritas utama dalam kebijakan kesehatan nasional.

Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kanker Serviks

Melihat tingginya ancaman kanker serviks, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengakselerasi eliminasi kanker serviks.

Salah satu inisiatif utama adalah Rencana Aksi Nasional (RAN) yang terdiri dari empat pilar utama.

Yakni, layanan skrining, imunisasi vaksin HPV, dan tata laksana bagi pasien pra-kanker.

Vaksinasi HPV menjadi salah satu langkah pencegahan yang paling efektif dalam menurunkan risiko terkena kanker serviks.

Pada fase pertama dari vaksinasi ini, Kemenkes menargetkan 90% anak perempuan berusia 11 dan 12 tahun.

Khususnya yang duduk di kelas 5 dan 6 atau setara, termasuk yang tidak bersekolah, untuk menerima vaksinasi HPV lengkap.

Selain itu, anak perempuan usia 15 tahun yang belum menerima vaksinasi di harapkan dapat menerima vaksinasi lanjutan.

Selanjutnya, pada fase kedua, Kemenkes menargetkan 90% anak perempuan dan laki-laki berusia 11 dan 12 tahun untuk menerima vaksinasi HPV lengkap.

Selain itu, vaksinasi lanjutan juga akan di berikan kepada remaja perempuan berusia 15 tahun.

Selanjutnya, semua perempuan dewasa yang berusia antara 21 hingga 26 tahun sesuai dengan permintaan dan kebutuhan.

Skrining Kanker Serviks: Upaya Deteksi Dini

Selain vaksinasi, skrining juga menjadi komponen penting dalam upaya mengeliminasi kanker serviks.

Pada fase pertama, Kemenkes menargetkan 70% perempuan berusia 30 hingga 69 tahun untuk menjalani skrining menggunakan tes DNA HPV.

Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Sehingga dapat di lakukan tindakan pencegahan atau penanganan lebih lanjut sebelum kanker berkembang ke stadium lanjut.

Pada fase kedua, target skrining di tingkatkan menjadi 75% perempuan berusia antara 30 hingga 69 tahun yang melakukan skrining setiap 10 tahun sekali.

Skrining ini di harapkan dapat membantu mendeteksi lebih awal kasus-kasus kanker serviks. Sehingga penanganan dapat di lakukan lebih efektif dan biaya pengobatan pun dapat di tekan.

Ancaman Serius bagi Kesehatan Perempuan di Indonesia

Kanker serviks adalah ancaman serius bagi kesehatan perempuan di Indonesia.

Dengan tingginya angka kasus baru dan angka kematian akibat kanker serviks, di perlukan upaya yang intensif dan terkoordinasi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini.

Rencana Aksi Nasional (RAN) yang di luncurkan oleh Kemenkes RI merupakan langkah penting dalam upaya eliminasi kanker serviks di Indonesia.

Melalui vaksinasi HPV dan skrining rutin, di harapkan angka kejadian kanker serviks dapat di tekan secara signifikan. sehingga perempuan Indonesia dapat terlindungi dari ancaman mematikan ini.

Namun, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat, terutama perempuan, sangat di butuhkan untuk menyukseskan program ini.

Dengan demikian, di masa depan, di harapkan angka kematian akibat kanker serviks dapat menurun. Agar generasi perempuan Indonesia dapat hidup lebih sehat dan produktif.