Laksamana Keumalahayati! Tak Hanya Jago Perang, Ulung di Meja Diplomasi, Ini Catatan EmasnyaLaksamana Keumalahayati! Tak Hanya Jago Perang, Ulung di Meja Diplomasi, Ini Catatan Emasnya

NGENELO – Tak salah jika kemudian pemerintah menobatkan Laksamana Keumalahayati sebagai pahlawan nasional.

Wanita Aceh ini tak hanya di kenal sebagai pimpinan perang, namun juga tokoh ulung di balik meja perundingan.

Dalam  bukunya Laksamana Keumalahayati, penulis Saifullah, S.Pd juga mengisahkan kisah Laksamana Keumalahayati di balik meja perundingan.

Sebelumnya, siapa Laksamana Keumalahayati dapat di ketahui lebih lengkap di LINK INI.

Berikut peran diplomatik Laksamana Keumalahayati.

Hal ini bermula dari keinginan Inggris untuk menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Aceh Darussalam.

Ratu Elizabeth I (1558-1603 M), mengirim utusan untuk membawa sepucuk suratnya kepada Sultan Aceh al-Mukammil.

Rombongan yang di pimpin oleh James Lancaster, seorang perwira Angkatan Laut Inggris, tiba di Pelabuhan Aceh pada 6 Juni 1602.

Sebelum bertemu dengan Sultan al-Mukammil, Lancaster mengadakan perundingan dengan Laksamana Keumalahayati.

Dalam perundingan itu, Lancaster menyampaikan keinginan Inggris untuk menjalin kerjasama dengan Kesultanan Aceh Darussalam.

la juga berpesan agar Laksamana Keumalahayati memusuhi Portugis dan berbaik hati dengan Inggris.

Laksamana Keumalahayati, meminta agar keinginan tersebut dibuat secara tertulis dan di atas namakan Ratu Inggris.

Setelah surat tersebut selesai di buat, Lancaster diperkenankan menghadap Sultan al-Mukammil.

Selesaikan Intrik Intern Kesultanan

Tak hanya itu, Laksamana Keumalahayati juga berperan besar dalam menyelesaikan intrik kesultanan.

Hal ini bermula dari peristiwa penting perihal suksesi kepemimpinan di Kesultanan Aceh Darussalam.

Pada tahun 1603 M, Sultan al-Mukammil, menempatkan anak lekaki tertuanya sebagai pendampingnya.

Namun, putra tersebut berkhianat terhadap ayahnya dan mengangkatnya sendiri  sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M).

Pada masa awal kepemimpinannya, berbagai macam bencana menimpa Kesultanan Aceh Darussalam, seperti kemarau yang berkepanjangan, pertikaian berdarah antar saudara, dan ancaman dari pihak Portugis.

Tidak ada keinginan kuat dari Sultan Ali Riayat Syah untuk menyelesaikan masalah dengan serius.

Menyebabkan timbul rasa kekecewaan dari punggawa kesultanan, salah satu di antaranya adalah Darmawangsa Tun Pangkat, kemenakannya sendiri.

Darmawangsa di tangkap dan di penjara atas perintah Sultan. Pada bulan Juni 1606, Portugis menyerang Kesultanan Aceh Darussalam yang di pimpin oleh Alfonso de Castro.

Ketika itu Darmawangsa masih berada di penjara. la memohon kepada Sultan Ali Riayat Syah agar dirinya dapat di bebaskan dan dapat ikut bertempur melawan Portugis.

Dengan di dukung oleh pemintaan Laksamana Keumalahayati, Darmawangsa akhimya dapat di bebaskan. Mereka berdua akhimya berjuang bersama dan dapat menghancurkan pasukan Portugis.

Oleh karena Sultan Ali Riayat Syah di anggap banyak kalangan tidak cakap lagi memimpin kesultanan, Laksamana Keumalahayati melakukan manuver dengan cara menurunkan Sultan Ali Riayat Syah dari tahta
kekuasaan.

Darmawangsa akhimya terpilih sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Pada masanya, Kesultanan Aceh Darussalam mencapai zaman keemasan.

Dapatkan Artikel Lainnya di Google News

NETWORK: Daftar Website

NetworK