Penjualan Mobil Listrik Naik, Bikin Gaikindo Khawatir! Ternyata Ini Alasannya
Tren Penjualan Mobil Listrik Kian Meningkat di Indonesia
News Update, Ngenelo.net, – Penjualan mobil listrik di Indonesia terus mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Minat masyarakat terhadap kendaraan berbasis listrik ini meningkat, di dorong oleh berbagai insentif pemerintah serta kesadaran terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Data terbaru menunjukkan bahwa penjualan mobil listrik kini menyumbang hampir 10 persen dari total pasar otomotif nasional.
Meski terlihat positif, peningkatan penjualan mobil listrik ini justru membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyuarakan kekhawatiran.
return ' ';Pasalnya, sebagian besar mobil listrik yang terjual di Tanah Air masih dalam bentuk completely built up (CBU) atau impor utuh dari luar negeri.
“Kebanyakan mobil listrik itu masih diimpor dalam bentuk CBU. Nah, itu juga perlu hati-hati,” ujar Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, saat dikutip dari laman detikOto, Kamis 12 Juni 2025.
CBU Tak Dukung Industri Lokal
Menurut Kukuh, peningkatan penjualan mobil listrik dalam bentuk CBU bisa berdampak negatif terhadap industri otomotif dalam negeri.
Mobil impor tidak berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja di Indonesia dan justru memperkuat ketergantungan terhadap tenaga kerja luar negeri.
Industri otomotif lokal memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Lebih dari 1,5 juta orang terlibat dalam mata rantai industri ini, mulai dari produksi suku cadang hingga distribusi kendaraan.
Oleh karena itu, keberlanjutan industri otomotif lokal sangat bergantung pada keterlibatan produsen dalam proses produksi di dalam negeri.
Insentif Pemerintah Dorong Penjualan Mobil Listrik CBU
Pemerintah Indonesia memang memberikan berbagai insentif untuk mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik, termasuk pembebasan bea masuk dan PPnBM untuk mobil listrik CBU.
Hal ini membuat harga jual mobil listrik yang diimpor terasa lebih murah bagi konsumen.
Namun, insentif ini di sertai syarat bahwa produsen harus membuka bank garansi serta berkomitmen memproduksi mobil di Indonesia dengan perbandingan 1:1 dan spesifikasi setara.
Relaksasi ini akan berakhir pada penghujung tahun 2025.
“Kalau 10 persen penjualan mobil adalah CBU, itu jadi concern tersendiri,” kata Kukuh, mengingatkan agar pemerintah dan pelaku industri tidak hanya fokus pada angka penjualan semata, tapi juga pada dampaknya terhadap ketahanan industri nasional.
Dorongan Produksi Lokal
Untuk menyikapi kekhawatiran ini, Kukuh menekankan pentingnya produsen segera memulai produksi lokal.
Tanpa produksi dalam negeri, kenaikan penjualan mobil listrik hanya akan menjadi prestasi jangka pendek yang tidak memberikan dampak struktural pada perekonomian nasional.
“Produsen harus melihat bahwa pasar Indonesia bukan hanya tempat jualan, tapi juga tempat produksi. Itu akan menggerakkan industri dan menciptakan lapangan kerja,” tegas Kukuh lagi.
Langkah ini di nilai sebagai solusi terbaik untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan konsumen akan kendaraan modern dan pembangunan industri dalam negeri secara berkelanjutan.
Pemerintah juga di harapkan lebih selektif dalam memberikan insentif agar benar-benar mampu mendorong produksi dalam negeri, bukan hanya meningkatkan angka impor.
Masa Depan Mobil Listrik dan Nasib Industri Nasional
Meski masa depan mobil listrik di Indonesia terlihat cerah, namun penjualan mobil listrik yang masih di dominasi oleh CBU menjadi tantangan tersendiri.
Apalagi, insentif saat ini bersifat sementara dan akan berakhir di akhir 2025.
Jika tidak ada langkah strategis dari para produsen untuk melakukan investasi lokal, maka peluang pengembangan industri otomotif nasional akan hilang begitu saja.
Gaikindo menegaskan bahwa masa depan kendaraan listrik di Indonesia tidak boleh hanya bergantung pada impor.
“Kami ingin kendaraan listrik benar-benar menjadi bagian dari pertumbuhan industri nasional, bukan sekadar tren konsumsi global,” tutup Kukuh.