Ngenelo.net, Money, – Nilai tukar rupiah menguat signifikan pada pembukaan perdagangan Senin, 21 April 2025.
Nilai tukar rupiah menguat sebesar 0,12% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), menjadi Rp16.800 per dolar.
Penguatan ini membawa angin segar setelah tekanan dua hari berturut-turut yang membuat mata uang Garuda sempat tertekan.
Kondisi ini terjadi di tengah sikap investor global yang cenderung wait and see, menanti sejumlah data ekonomi penting dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan China.
Optimisme pasar juga dipicu oleh respons cepat pemerintah Indonesia dalam merespons dinamika global, khususnya terkait kebijakan dagang AS.
Diplomasi ekonomi yang di lakukan langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi sentimen positif tambahan bagi pasar.
Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan strategis dengan US Trade Representative (USTR) dan Department of Commerce di Washington, yang menghasilkan kesepakatan kerja sama yang akan di matangkan dalam 60 hari ke depan.
Kebijakan Luar Negeri hingga Neraca Dagang Dorong Nilai Tukar Rupiah Menguat
Langkah cepat pemerintah untuk mengantisipasi dampak kebijakan tarif baru dari AS menjadi pendorong utama kenapa nilai tukar rupiah menguat.
Dalam pertemuan bilateral yang konstruktif tersebut, Indonesia menyuarakan komitmen untuk menjaga hubungan dagang yang sehat dan saling menguntungkan.
Keberhasilan diplomasi ini di sambut positif oleh pasar keuangan domestik.
Dari sisi dalam negeri, perhatian pasar tertuju pada rilis data neraca perdagangan Maret 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar memperkirakan surplus neraca perdagangan akan mencapai US$2,63 miliar.
Jika proyeksi ini terbukti, maka Indonesia akan mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 — sebuah capaian yang mendukung alasan mengapa nilai tukar rupiah menguat secara konsisten dalam jangka menengah.
Surplus neraca perdagangan yang stabil merupakan faktor fundamental yang memperkuat posisi rupiah, memperlihatkan bahwa ekspor masih cukup kuat meskipun ada tekanan eksternal, sementara impor mencerminkan pertumbuhan konsumsi domestik yang sehat.
Antisipasi Suku Bunga China dan Dampak Perang Dagang AS Jadi Sorotan Pasar
Faktor lain yang turut berperan dalam penguatan nilai tukar rupiah adalah perkembangan dari China.
Bank Sentral China (PBoC) di jadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya hari ini.
Di tengah ketegangan perang dagang yang kembali meningkat antara China dan AS, pasar global menantikan sikap moneter China yang kemungkinan besar akan tetap mempertahankan suku bunga.
Namun, pasar juga memprediksi adanya peluncuran stimulus tambahan dalam waktu dekat guna menstabilkan ekonomi China.
Keputusan ini penting karena akan mempengaruhi kestabilan ekonomi kawasan dan berdampak langsung pada negara-negara mitra dagang termasuk Indonesia.
Sehingga menjadi bagian dari dinamika yang membuat rupiah menguat terhadap tekanan global.
Fundamental Ekonomi Kuat Jadi Dasar Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Depan
Selain sentimen sesaat, penguatan nilai tukar rupiah juga di sokong oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang membaik.
Mulai dari inflasi yang terkendali, suku bunga acuan Bank Indonesia yang stabil, hingga pengelolaan fiskal yang semakin kredibel.
Kombinasi antara sentimen diplomatik, data perdagangan yang positif, serta stabilitas ekonomi makro membuat investor global kembali melirik aset-aset rupiah.
Hal ini di harapkan menjadi awal dari tren penguatan rupiah yang lebih panjang di kuartal kedua 2025.
Analis pasar memperkirakan, jika data-data ekonomi global yang keluar pekan ini tidak terlalu mengecewakan dan ketegangan dagang bisa di redam melalui diplomasi.
Maka nilai tukar rupiah menguat bisa terus berlanjut hingga menembus di bawah Rp16.700/US$ dalam waktu dekat.
Momentum Positif Nilai Tukar Rupiah Menguat Perlu Dijaga
Dengan segala perkembangan positif dari sisi eksternal dan internal, nilai tukar rupiah hari ini menjadi indikator bahwa pasar masih memiliki kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus menjaga momentum ini agar tidak hanya menjadi penguatan jangka pendek. Tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.
Stabilitas nilai tukar sangat krusial dalam menjaga daya beli masyarakat dan menekan tekanan inflasi impor.
Oleh karena itu, kombinasi kebijakan moneter dan fiskal yang akurat tetap menjadi kunci agar nilai tukar rupiah menguat menjadi tren yang berkelanjutan, bukan hanya reaksi sesaat dari pasar.