Ngenelo.net, Kepahiang, – Video petani buang sayur di jalanan Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, mendadak viral dan mengundang perhatian warganet.
Dalam rekaman yang tersebar luas di media sosial sejak Rabu, 9 April 2025, tampak sejumlah petani membuang hasil panen seperti tomat dan kacang buncis ke jalan.
Aksi ini merupakan bentuk protes karena harga sayur yang terjun bebas hingga hanya di hargai Rp 500 per kilogram oleh pengepul.
Petani Buang Sayur Karena Harga Terjun Bebas
Fenomena video petani buang sayur ini menunjukkan kondisi pelik yang di alami para petani.
Salah satu petani terlihat menumpahkan sekarung tomat ke jalan sambil berkata, “Silakan ambil di gang proyek, gratis. Pilih sendiri.” Ungkapan tersebut menggambarkan kekecewaan mendalam akibat harga hasil bumi yang tak sebanding dengan biaya produksi.
Sementara dalam video aksi petani lannya, terdengar teriakan ibu-ibu, “efek sayuran murah gaes,”ucanya.
Harga kacang buncis, misalnya, turun drastis dari Rp 6.000 menjadi Rp 500 per kilogram. Begitu pula tomat, hanya dihargai Rp 500 per kilogram.
Rata-rata harga sayur saat ini sangat rendah, memaksa petani untuk mengambil langkah ekstrem sebagai bentuk protes.
Aksi Petani Viral dan Tanggapan Warganet
Aksi petani dalam video petani buang sayur tersebut memancing reaksi luas di media sosial.
Sebagian netizen menyuarakan simpati dan mendesak pemerintah turun tangan.
Namun, ada pula yang mengkritik cara protes dengan membuang hasil panen yang masih layak konsumsi.
Bukan hanya di Kecamatan Ujan Mas, fenomena serupa juga terjadi di Kecamatan Kabawetan.
Bedanya, petani di sana memilih untuk meletakkan hasil panen di halaman rumah dan mempersilakan warga mengambilnya secara cuma-cuma.
Tanpa perlu izin, warga bebas membawa pulang sayuran yang di sediakan.
Seruan untuk Perhatian Pemerintah
Melalui video petani buang sayur ini, para petani berharap pemerintah daerah dan provinsi segera memberikan solusi nyata.
Mereka merasa di abaikan dalam situasi krisis harga seperti ini.
Tanpa intervensi atau regulasi yang melindungi harga dasar hasil pertanian, kondisi petani akan semakin terpuruk.
Aksi protes ini bukan hanya bentuk kekecewaan, tetapi juga seruan agar ada perhatian terhadap nasib petani lokal.
Jika tidak segera di tangani, bukan tidak mungkin kejadian serupa akan semakin sering terjadi dan bisa berdampak terhadap stabilitas pangan lokal.