Ngenelo.net, News Update, – Musim kemarau di Indonesia di perkirakan akan mulai meluas pada Mei 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa anomali iklim La Nina yang sebelumnya mempengaruhi Indonesia telah berakhir pada pertengahan Maret 2025.
Menurut BMKG, musim kemarau tahun ini di prediksi akan berlangsung dalam kondisi normal.
Berbeda dengan musim kemarau ekstrem yang terjadi pada tahun 2023.
“La Nina telah berakhir. Artinya, musim kemarau akan normal. Semoga cuaca kondusif,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kutip dari laman CNBC.
Mengapa Musim Kemarau Terjadi di Indonesia?
BMKG mengungkapkan bahwa musim kemarau kali ini di pengaruhi oleh peralihan angin monsun.
Di mulai dari angin monsun Asia yang beralih menjadi angin monsun Australia.
Proses peralihan ini memicu datangnya musim kemarau secara bertahap sejak Maret hingga April 2025.
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menyatakan bahwa pada April 2025 beberapa wilayah Indonesia akan mulai merasakan dampak musim kemarau.
Selain itu, pada Mei, musim kemarau di perkirakan akan meluas.
Wilayah yang Terkena Dampak Musim Kemarau di Indonesia
Menurut BMKG, musim kemarau akan mempengaruhi berbagai wilayah di Indonesia.
Pada April 2025, wilayah seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur akan mengalami musim kemarau.
Di bulan Mei, musim kemarau akan meluas mencakup sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.
Dwikorita juga mengingatkan sektor pertanian agar menyesuaikan jadwal tanam sesuai dengan pola musim kemarau di wilayah masing-masing.
Pemilihan varietas tanaman yang tahan kekeringan dan pengelolaan air yang lebih efisien akan sangat membantu dalam mengatasi dampak musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.
Antisipasi Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Selain itu, musim kemarau dengan curah hujan yang lebih rendah juga meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Terutama di wilayah yang di prediksi mengalami kemarau lebih kering.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran. Khususnya di wilayah yang rawan kebakaran hutan.
Sementara, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan bahwa musim kemarau 2025 di perkirakan tidak akan separah musim kemarau pada tahun 2023 yang menyebabkan banyak kebakaran.
“Kami prediksi musim kemarau kali ini akan cenderung lebih mirip dengan kondisi tahun 2024, dengan curah hujan yang lebih normal,” kata Ardhasena.
Reaksi Sektor Pertanian dan Kebencanaan
BMKG juga memberikan rekomendasi bagi sektor pertanian dan kebencanaan.
Sektor pertanian di wilayah yang di prediksi akan lebih basah dapat memanfaatkan curah hujan yang lebih tinggi untuk memperluas lahan sawah dan meningkatkan produksi pertanian.
Sementara itu, untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi karhutla dan bencana lainnya. Ini sangat penting agar dampak musim kemarau dapat di minimalkan.