Opini: Saudaramu Tidak Bersalah
MELAKSANAKAN niat baik atau ketulusan hati menjadi kenyataan, bisa dengan menolong, mengajak atau sekedar memberi perhatian adalah bentuk hubungan yang biasa terjalin antar saudara terlebih dalam status kandung atau hubungan darah.
Konsekuensi dari itu semua adalah akibat yang di timbulkan.
Terlepas di rasa merugikan atau menguntungkan maupun yang lainnya, bentuk hubungan tersebut pada kenyataannya telah menjadi cara tumbuh kembang manusia sepanjang peradaban.
Jika persoalan pertama yang di kisahkan dalam berbagai jenis literatur adalah peristiwa pembunuhan, yaitu dua bersaudara antara Kabil terhadap Habil saudaranya yang terbunuh.
Hubungan persaudaraan kandung selanjutnya dalam dinamika relatif tidak jauh berbeda, yaitu usaha pembunuhan Yusuf oleh saudara-saudaranya dengan suatu rencana matang.
Meski kedua kisah tersebut pada akhirnya berbeda, namun menjadi contoh cerita hubungan saudara dalam sejarah kehidupan manusia rentan permasalahan.
Secara benang merah, terkhusus dari dua kisah di atas, adalah adik atau yang lemah adalah senantiasa menjadi korban.
Bersabar dan Ikhtiar Pilihan Terbaik
Ketidakberdayaan menjadi alasan. Meskipun orang tua telah sedemikian rupa berperan, peran saudara dalam menancapkan pengaruhnya dalam pembentukan sang adik tidak terhindarkan.
Keangkuhan sebagai lebih tua sebab karenanya lebih tahu, paham dan mengerti tentang hidup dan kehidupan menjadi faktor yang kuat namun tidak terbahasakan secara fisik.
Hal ini menjadi penyebab berbagai masalah selanjutnya terlebih jika kesombongan sang kakak kian nyata pasca sepeninggal orang tua dan peranannya setelah kematian.
Kepasrahan yang sungguh di uji dari seorang hamba Tuhan menghadapi berbagai intimidasi dari saudara. Lagi-lagi, tuntutan kehidupan menjadi alasan selanjutnya.
Maka peran Tuhan menjadi penentunya. Sebab bunuh diri bukanlah solusi, maka bersabar dan ikhtiar adalah di antara pilihan yang terbaik dari ketiganya untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik.
Serta bersikap tidak menyalahkan termasuk perilaku saudara yang seakan berkuasa dalam memperlakukannya dan berperilaku sesuka hati dalam kehidupan bersama.
Meski begitu, menerima perilaku tersebut sekaligus sikap menerima peran Tuhan Yang Maha Sabar.
Opini “Saudaramu Tidak Bersalah” di Tulis Oleh Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
(Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)