Dari Biaya Satu Porsi untuk Program Makan Bergizi Gratis, UMK di Bengkulu Tidak Cukup Untuk Makan Satu Keluarga - Ngenelo.netDari Biaya Satu Porsi untuk Program Makan Bergizi Gratis, UMK di Bengkulu Tidak Cukup Untuk Makan Satu Keluarga - Ngenelo.net

NGENELO.NET, – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang di luncurkan pemerintah menjadi salah satu langkah untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi yang layak.

Namun, kenyataannya program ini justru seakan membuka tabir biaya hidup yang tidak seimbang dengan UMK di Negara kita.

Rincian Biaya Satu Porsi Makan Bergizi Gratis

Dalam penjelasannya, Noudhy selaku pihak yang bertanggung jawab atas program MBG menyebutkan bahwa biaya untuk satu porsi makan bergizi bervariasi, dan tidak di patok mutlak Rp 10.000 per porsi.

“Anggaran itu yang di fokuskan adalah berapa efisiennya. Kalau misalnya bisa dari jangka ya bisa mungkin Rp 10.000, ada yang Rp 12.000, Rp 15.000,” ujarnya pada acara di SD Angkasa 5, Jakarta Timur pada 6 Januari 2025.

Biaya Makan Satu Keluarga Berencana?

Namun, dengan kalkulasi yang sederhana berdasarkan pola makan sehat 4 Sehat 5 Sempurna, seseorang membutuhkan makan 3 kali dalam satu hari.

Selain itu, kita anggap menu program makan bergizi gratis sudah memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

Jadi, dapat di simpulkan, biaya untuk satu orang makan sehari setidaknya membutuhkan Rp30.000 yakni untuk untuk tiga kali makan.

Artinya, untuk satu bulan, biaya makan saja untuk satu orang mencapai Rp900.000 (Rp30.000×30 hari).

Nah, sekarang kita asumsikan semua keluarga mengikuti program pemerintah, yakni keluarga berencana.

Artinya, satu keluarga ada 4 orang. Jadi, total biaya makan untuk satu bulan keluarga mencapai sebesar Rp3.600.000 (Rp900.000 x 4 orang).

Tentu ini sebuah angka yang jauh lebih tinggi daripada UMK yang berlaku di banyak daerah.

UMK Tertinggi Tak Cukup untuk Keluarga

Sementara itu, berdasarkan data yang di terima, UMK untuk beberapa wilayah di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan, tetapi angka tersebut tetap di anggap tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan pokok keluarga.

Di Kabupaten Mukomuko misalnya, UMK 2025 di tetapkan sebesar Rp 3.052.118,99, naik Rp 186.000 di bandingkan tahun sebelumnya. Angka ini bahkan lebih rendah dari kebutuhan makan keluarga yang telah di hitung sebelumnya.

“Dengan UMK yang ada, untuk kebutuhan makan saja masih tidak cukup. Belum lagi untuk kebutuhan lain seperti tempat tinggal, biaya pendidikan anak, listrik, air, dan kebutuhan sosial lainnya,” ungkap seorang karyawan di Kota Bengkulu yang enggan di sebutkan namanya.

Seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai karyawan di Kota Bengkulu menambahkan, “Untuk makan saja, saya harus mengeluarkan lebih dari Rp 3 juta setiap bulan untuk keluarga kami.” Ungkapnya.

Bagaimana dengan kebutuhan lainnya? Yang wajib saja seperti angsuran rumah, Listrik, PDAM, yang setiap hari jajan anak, belum lagi kebutuhan sosial.

“Jangankan nabung, untuk hidup dari bulan ke bulan saja kami terpaksa harus mengikat perut, dan kadang harus meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan.” Keluhnya.

Angka UMK yang Terus Bertumbuh, Tapi Tak Cukup untuk Hidup Layak

Tidak bisa di pungkiri, kenaikan UMK di beberapa daerah di Provinsi Bengkulu juga menunjukkan besarnya perbedaan antara angka yang di tetapkan dengan biaya hidup yang semakin tinggi.

Misalnya, Kota Bengkulu dengan UMK sebesar Rp 2.930.669,44 pada 2025, yang hanya naik sekitar Rp 178.000 di bandingkan tahun lalu, tidak mampu mencakup seluruh biaya hidup yang di butuhkan oleh keluarga.

Begitu juga dengan daerah lainnya seperti Kabupaten Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara, yang menetapkan UMK sekitar Rp 2.800.000 hingga Rp 3.000.000.

Jika di hitung dengan biaya makan dan kebutuhan pokok lainnya, jelas bahwa angka tersebut tidak memadai.

“Menggantungkan hidup pada UMK saja tidak realistis, apalagi jika memiliki tanggungan keluarga lainnya,” ungkap seorang pekerja di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Perlu Kebijakan yang Lebih Berdampak

Salah seorang mantan karyawan swasta yang saat ini lebih memilih berwiraswasta, Andi (37), 2022 saya kerja sudah hampir 13 tahun dan memutuskan resign.

Di ceritakannya, kala itu upah yang di terima setiap bulan di atas UMK.

Yakni, sekitar Rp3.2 juta sementara saat itu UMK Kota Bengkulu baru sekitar Rp2,4 jutaan.

“Gaji saya di atas UMK saat itu, tapi memang tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga,” keluhnya.

Ia berharap Pemerintah harus memperhatikan kebutuhan dasar seperti makanan sehat, pendidikan, dan perumahan dalam menentukan UMK.

Jika tidak, masyarakat akan terus menghadapi kesulitan ekonomi.

“Sebuah tantangan yang besar untuk mencari solusi, satu sisi saya yakin kemampuan Perusahaan pasti jadi pertimbangan Pemerintah,” pungkas Andi.

Pekerja Bangunan Juga Mengeluh

Sementara, salah seorang pekerja bangunan warga Kota Bengkulu, Riki (36) mengungkapkan upah yang ia terima setiap harinya sebagai kerket tukan sebesar Rp110.000 dan tUkangnya sebesar Rp130.000.

“Kalau saya cuma Rp110.000, tukang upahnya Rp130.000,” jelasanya.

Dengan upah yag di terima Riki mengungkapkan tentu jika ingin hidup layak tidak cukup. Namun sebisa mungkin di gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya setiap minggu.

“Kami gajian setiap hari sabtu,” pungkasnya.

Program Makan Bergizi Gratis Harus Efektif dan Efisien

Selain itu, keberlanjutan program makan bergizi gratis perlu di pastikan efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah gizi buruk di masyarakat.

NETWORK: Daftar Website

NetworK