Peninggalan Sersan Darjai ini Mengungkapkan jati dirinya sekaligus kisahnya ternyata seorang IntelijenPeninggalan Sersan Darjai ini Mengungkapkan jati dirinya sekaligus kisahnya ternyata seorang Intelijen

NGENELO.NET, – Sukses tak di puji mati tak di cari, itulah yang di tanamkan dalam dunia Intelijen. Dalam rangka menjaga keamanan dan keutuhan wilayah NKRI, dalam TNI salah satu peran vital adalah peran intelijen. Kisah intelijen di Indonesia menyimpan banyak rahasia dan keberanian yang tidak terungkap.

Posisi intelijen sangat vital dalam operasi militer. Mereka bertugas menyediakan informasi untuk mengantisipasi dan menghadapi potensi ancaman, memetakan kekuatan musuh, dan mendukung diplomasi pertahanan.

Semua ini di lakukan tanpa di ketahui, dengan kemampuan untuk menyamar dan merahasiakan identitas saat menjalankan tugas.

Mari kita bahas lebih lanjut. Dikutip dari channel YouTube Daftar Populer, pada April 2023, sejumlah perwira TNI dari Kodam Siliwangi mengunjungi sebuah rumah sederhana di Desa Cimekar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Mereka pergi ke sana untuk melihat seragam dinas militer TNI lengkap dengan baret dan berbagai atribut kedinasan, serta tanda jasa yang banyak tersimpan rapi.

Di dalam rumah tersebut juga tersimpan senjata api legendaris buatan Swedia, pistol netral M45 kaliber 9 mm, lengkap dengan dua magazen dan 42 butir amunisi. Semua barang ini tersimpan rapi selama 74 tahun.

Pemilik seragam tersebut adalah almarhum Sersan Darjai, yang mendapatkan banyak tanda jasa. Meskipun pangkat terakhirnya hanya Sersan, sisa-sisa peninggalannya menunjukkan bahwa ia adalah anggota intelijen khusus dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang kini di kenal sebagai Kopassus.

Sersan Darjai, Baru Terungkap Setelah Meninggal
Sersan Darjai, Baru Terungkap Setelah Meninggal

Terungkap Setelah Meninggal

Menariknya, sosok intelijen Kopassus ini baru terungkap setelah ia meninggal. Semasa hidup, keluarganya hanya tahu bahwa ia seorang tentara, tanpa mengetahui posisi dan jabatannya yang sebenarnya.

Kisah ini terungkap ketika anaknya menyerahkan senjata legendaris yang di simpan selama puluhan tahun. Senjata ini di dapat dari komandannya sebagai hadiah setelah merampasnya dari DI TII saat menjalankan tugas.

Sersan Badri, Kopassus untuk Indonesia

Berbicara tentang kisah intelijen, ada cerita tersohor lainnya tentang aktivitas agen intelijen TNI yang terjadi selama Perang Aceh melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) antara tahun 2003 hingga 2004.

Nama yang terkenal hanyalah nama samaran, dan wajahnya tetap tidak di ketahui hingga kini. Dia adalah Sersan Badri, sosok legendaris yang tertulis dalam buku “Kopassus untuk Indonesia.” Dalam misinya, Sersan Badri menyamar sebagai pedagang buah durian di Aceh, yang memberinya kebebasan bergerak dari Medan hingga Lhokseumawe, Aceh Utara.

Kesuksesannya dalam menyamar pernah membuatnya mendapat tamparan dari aparat karena menolak memberikan jatah buah durian. Selama setahun, ia berusaha mendapatkan kepercayaan simpatisan GAM, memetakan situasi di daerah basis kekuatan militer.

Pada tahun 2004, TNI mengeluarkan perintah untuk menangkap hidup atau mati tiga pentolan GAM: Muzakir Manaf, Sufyan Daud, dan Said. Sersan Badri memberikan informasi yang sangat berharga tentang keberadaan mereka, meskipun dalam penyerbuan hanya Said Adnan dan ajudannya yang berhasil di lumpuhkan.

Kisah Intelijen di Tengah Pemberontakan PKI

Kisah intelijen tidak hanya berakhir di Aceh. Di daerah lain, seperti di Blitar, ada operasi untuk menggagalkan pemberontakan PKI. Intel TNI di sebar ke warung-warung sebagai pedagang, tetapi beberapa dari mereka d iculik atau gugur.

Di antara mereka, ada satu nama yang melegenda, yaitu Ruslan, anggota intelijen dari Yonif 511 Dy Blitar. Ruslan menyamar sebagai orang dengan gangguan jiwa dengan rambut gimbal dan pakaian compang-camping.

Dia berhasil menyusup ke zona merah pertahanan PKI di Bakung, memetakan pergerakan mereka. Setelah sebulan, Ruslan kembali dengan informasi berharga tentang gerak-gerik PKI, yang berujung pada operasi Trisula di Blitar Selatan pada tahun 1968.

Operasi Jarum Lebah: Penumpasan Gembong PKI

Di bulan Oktober 1995, TNI melaksanakan operasi penyusupan untuk menangkap pemimpin tertinggi PKI, DN Aidit, dalam operasi bernama “Jarum Lebah.” Sri Harto, seorang intel berdarah Tionghoa, di pilih untuk misi ini.

Dengan latar belakang yang kuat dalam penyamaran, dia menyusup ke dalam serikat buruh Soksi dan berhasil mendapatkan kepercayaan anggota PKI. Dengan informasi yang di peroleh dari Sri Harto, Aidit pun akhirnya berhasil di tangkap.

Sutiyoso, Jenderal Kopassus Ahli Penyamaran

Nama Sutiyoso, seorang Jenderal Kopassus yang ahli dalam penyamaran, juga mencuri perhatian. Keberaniannya dalam operasi membuatnya sering di terjunkan dalam misi berbahaya.

Mulai dari operasi bersih PGRS di Kalimantan hingga penangkapan petinggi GAM di Aceh. Dalam berbagai misi, ia pernah menyamar sebagai sopir, mahasiswa, bahkan menjadi kuli panggul di pasar.

Cerita lain yang menakjubkan adalah Prada Pario yang menyamar sebagai mayat saat bertugas merebut Irian Barat. Setelah disergap oleh tentara Belanda, Pario terpaksa bersembunyi di balik jasad rekannya, bertahan hidup selama lima hari sebelum di selamatkan.

NETWORK: Daftar Website

NetworK