Muhammadiyah, sebagai salah satu gerakan Islam modernis tertua di Indonesia, didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H (18 November 1912) di Kauman, Yogyakarta. Dikutip ngenelo.net dari laman Muhammadiyah, Sejarah Berdirinya Muhammadiyah lahir dari inisiatif K.H. Ahmad Dahlan, yang mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah sebagai upaya untuk memperkenalkan pendidikan Islam modern. K.H. Ahmad Dahlan memanfaatkan kamar tamunya sebagai ruang belajar, yang diisi sembilan santri.
Dalam pendiriannya, K.H. Ahmad Dahlan sepenuhnya menggunakan dana pribadinya, tanpa bergantung pada sumbangan orang lain. Melalui keberanian dan dedikasinya, beliau mengajak masyarakat untuk mempelajari ajaran Islam yang lebih progresif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dorongan untuk Membentuk Organisasi
Seiring berjalannya waktu, dorongan dari santri dan muridnya untuk membentuk organisasi menjadi semakin kuat. Muhammadiyah di harapkan menjadi wadah untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang lebih baik dan berkemajuan. Pada tahun 1914, Muhammadiyah resmi di akui sebagai Badan Hukum oleh Pemerintah Hindia-Belanda, meskipun awalnya menghadapi berbagai kendala.
Kongres Boedi Oetomo di tahun 1917 menjadi titik penting bagi Muhammadiyah, di mana K.H. Ahmad Dahlan mengusulkan agar organisasi ini berkembang tidak hanya di Yogyakarta, tetapi juga ke seluruh Indonesia. Ini adalah langkah awal yang sangat strategis untuk memperluas jangkauan misi dakwah.
Kiprah Sosial dan Pendidikan
Muhammadiyah tidak hanya fokus pada dakwah, tetapi juga aktif dalam berbagai bidang sosial. Dalam waktu singkat, organisasi ini berhasil mendirikan banyak lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta rumah sakit dan klinik. K.H. Ahmad Dahlan percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memberdayakan masyarakat.
Inisiatif ini menciptakan dampak yang signifikan, tidak hanya bagi anggota Muhammadiyah, tetapi juga bagi masyarakat luas, termasuk yang berasal dari latar belakang berbeda. Misi “rahmatan lil ‘alamin” menjadi landasan bagi Muhammadiyah untuk menjangkau berbagai kalangan.
Teologi dan Filosofi Muhammadiyah
Teologi al-Ma’un yang di perkenalkan K.H. Ahmad Dahlan menjadi inti ajaran Muhammadiyah. Konsep ini mengajak umat untuk mengamalkan ajaran Islam dalam bentuk nyata, seperti membantu sesama, terutama kaum dhuafa. Dalam hal ini, surat al-Ma’un menjadi sumber inspirasi untuk melakukan amal sosial.
Selain itu, filosofi dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid juga di tekankan. Muhammadiyah meyakini bahwa penyebaran ajaran Islam harus selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat menjawab tantangan zaman.
Warisan K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya meninggalkan Muhammadiyah sebagai organisasi, tetapi juga sebagai gerakan sosial yang berkelanjutan. Meskipun wafat pada 1923, jejak dan pengaruh beliau tetap hidup dalam setiap kegiatan Muhammadiyah.
Melalui gerakan kepanduan Hizbul Wathan dan inisiatif-inisiatif sosial lainnya, K.H. Ahmad Dahlan menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya tentang seruan spiritual, tetapi juga tindakan nyata untuk kemaslahatan umat.
Kesimpulan
Sejarah berdirinya Muhammadiyah merupakan perjalanan luar biasa yang menunjukkan semangat dan dedikasi K.H. Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan Islam yang berkemajuan. Dengan berbagai inisiatif pendidikan dan sosial, Muhammadiyah terus menjadi salah satu organisasi Islam terpenting di Indonesia. Kiprah ini bukan hanya membawa manfaat bagi umat Muslim, tetapi juga untuk seluruh masyarakat, menjadikan Muhammadiyah sebagai contoh gerakan sosial-keagamaan yang inspiratif.