News UpdateTop News

Kisah Heroik Demang Lehman, Sang Jendral dari Kesultanan Banjar, Kepala Dipenggal Demi Negeri

NGENELO – Nama Demang Lehman, mungkin masih agak asing bagi sebagian anak negeri. Namun, di zamannya Demang Lehman merupakan pemberani sejati yang paling ditakuti penjajah di Kesultanan Banjar.

Kesultanan Banjar yang saat ini berada di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), pernah memiliki seorang jendral dengan kisah heroiknya bernama Demang Lehman.

Berjuang bersama Pangeran Antasari, Demang Lehman yang memiliki nama kecil Idris dan lahir pada tahun 1832 di Barabai Martapura.

Ia kemudian di beri gelar Demang oleh Pangeran Hidayatullah, karena jasanya yang teramat besar pada Kesultanan Banjar.

return ' ';

H.G.H.L. Meyners dalam  bukunya Bijdragen Tot De Kennis Der Geschiedenis juga mengisahkan Demang Lehman di angkat oleh Hidayatullah Mangkubumi Kesultanan Banjar, sebagai Kepala Distrik Riam Kanan sejak tahun 1857

Dkisahkan, Hidayatullah pernah menganugerahkan kepadanya sebuah tombak berlilit dan keris. Dalam Perang Banjar Barito 1859-1906,

Ahmad Barjie dalam ulasannya juga menyebutkan,  tombak ini bernama Kalibelah yang berasal dari Sumbawa dan keris Singkir.

Keris ini adalah kesayangan Hidayatullah. Dulunya di hadiahkan oleh Sultan Mataram kepada Sultan Suriansyah, ketika ia singgah ke Mataram dalam perjalanannya menuju Konstantinopel (Istanbul) Turki.

Hingga akhirnya keris yang di wariskan dari sultan ke sultan, sampai kepada Hidayatullah.

Kisah Heroik Demang Lehman

Kisah heroiknya bermula saat peperangan dengan penjajah Belanda. Pada 1859 perang Banjar pecah dari Martapura hingga Pengaron.

Pencapaian besarnya, saat sukses merebut Benteng Belanda di Tabanio  pada Agustus 1859. Berkat dukungan suku dayak, Demang Lehman memimpin pasukan geriliya menghalau penjajah.

Tercatat pula, Demang Lehman terlibat dalam peperangan sengit di Sungai Barito yang semakin membuat penjajah Belanda semakin geram.

Bersama pasukannya, Demang Lehman terus melakukan serangan ke jantung pertahanan Belanda. Pada akhir 1859 bersama pangeran Hidayatullah, ia berhasil melakukan perlawanan yang kuat melawan pasukan Belanda di Barabai.

Saking geramnya, sampai-sampai Belanda mengeluarkan sayembara 2000 gulden bagi siapa saja yang bisa membawa pulang kepala Demang Lehman.

Ini lantaran Belanda tak kunjung bisa menangkap Demang Lehman, berulang kali di ajak berunding selalu di tolak. Demang Lehman sudah tahu, ini hanya akal bulus Belanda untuk menangkapnya.

Sampai-sampai, Belanda mengeluarkan cara lewat tokoh masyarakat setempat  Haji Isa untuk pengaruhi namun, tak membuahkan hasil.

Masih pada akhir tahun 1859, bersama Pangeran Antasari, Demang Lehman menempatkan para pejuang perang Banjar di sekitar Masjid Martapura dengan kekuatan 500 orang dan kurang lebih 300 orang di sekitar Keraton Bumi Selamat.

Pasukan rakyat berkumpul di benteng Munggu Dayor Tapin. Demang Lehman yang menjadi salah satu pimpinan terlibat pertempuran di sekitar Munggu Dayor.

Demang Lehman yang mampu menggerakkan kekuataan rakyat menyerbu Martapura dan melakukan pembunuhan terhadap pimpinan militer Belanda di kota Martapura.

Hingga kemudian, pada 31 Januari 1862 Pangeran Hidayatullah berhasil di tangkap setelah melakukan perundingan. Pangeran Hidayatullah dan keluarga diasingkan  ke Cianjur.

Demang Lehman Tertangkap Karena Pengkhianat

Kisah heroik Demang Lehman berakhir pada 27 Februari 1864 saat dirinya di hukum gantung di pusat Kota Martapura.

Kepala Demang Lehman di penggal dan di simpan Belanda, hingga kini masih ada di museum Leiden Belanda.

Mirinya, Demang Lehman di tangkap karena andil pengkhianat negeri bernama Pambarani. Demang Lehman di tangkap di Batulicin saat sedang menjalankan salat subuh.

Sikap pemberaninya tetap tak surut meski sudah tertangkap. Selama hukuman tak pernah menutup mata. Wajahnya mencerminkan sikap ketabahan dan keberanian dalam menghadapi akhir hidup.

Jasad tanpa kepala Demang Lehman kemudian di makamkan rakyat Banjar dengan penuh kesedihan.

Ia di eksekusi dalam keadaan menjalankan ibadah puasa. Dalam tulisannya, Meyners menyebut Demang Lehman berpuasa dengan ketat sebagaimana yang di tentukan di bulan Ramadhan.

Sebagaimana petunjuk Al-Qur’an, ia juga sahur dan berbuka puasa hanya dengan roti biasa atau roti beras pada jam-jam tertentu.

Demang Lehman berpesan sebelum di eksekusi gantung “Banjar hanya akan bebas kalau di palas dengan darah”.

Dalam versi lain ia mengatakan : “Dangar, dangar sabarataan: Banua Banjar kalau kada di palas lawan banyu mata dan darah, marikit di pingkuti Walanda”.

Artinya dengarlah semua, Benua Banjar ini kalau tidak di basahi dengan air mata dan darah, akan terus di jajah oleh Belanda.

Demikian Kisah Heroik Demang Lehman, Sang Jendral dari Kesultanan Banjar, Kepala Di penggal Demi Negeri. Perjuangan Demang Lehman pahlawan sejati, jadi rujukan buat anak bangsa untuk tetap mencintai negeri.

Dapatkan Artikel Lainnya di Google News