Thursday, 14 August 2025 - 06:04 WIB

Mengenal Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, “Raja Jawa Tanpa Mahkota”

Mengenal Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, “Raja Jawa Tanpa Mahkota”

Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto lebih di kenal di Indonesia sebagai H.O.S. Tjokroaminoto. Merupakan seorang nasionalis Indonesia yang berperan penting dalam gerakan kemerdekaan.

Ia adalah salah satu pemimpin Sarekat Dagang Islam yang kemudian berkembang menjadi Sarekat Islam, yang di dirikan bersama dengan Samanhudi. Tjokroaminoto lahir pada tanggal 16 Agustus 1882 di Ponorogo, sebagai anak kedua dari 12 bersaudara.

Ayahnya bernama R.M. Tjokroamiseno, seorang pejabat wedana di Kleco, Magetan, sementara kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo. Tjokroaminoto merupakan keturunan langsung dari Kiai Ageng Hasan Besari dari Pondok Pesantren Tegalsari di Ponorogo.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Tjokroaminoto melanjutkan studinya di Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi, tetapi tiga tahun kemudian ia berhenti.

Pada tahun 1906, Tjokroaminoto pindah ke Surabaya dan bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co. Ia juga melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan Burgerlijk Avondschool, dengan mengambil jurusan Teknik Mesin.

Pendiri Serikat Dagang Islam

Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam, yang awalnya dikenal sebagai Serikat Dagang Islam. Ia terpilih sebagai ketua organisasi tersebut.

Salah satu ungkapan terkenal dari Tjokroaminoto adalah “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat,” yang menggambarkan pentingnya tiga aspek ini dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ia juga memiliki peran penting dalam membimbing murid-muridnya, termasuk Soekarno, yang kemudian menjadi Presiden Indonesia pertama. Tjokroaminoto adalah figur yang mendorong para muridnya untuk mengasah kemampuan menulis seperti wartawan dan berbicara seperti orator.

Raja Jawa Tanpa Mahkota

Tjokroaminoto meninggal pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta pada usia 52 tahun. Ia di makamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah mengalami sakit pasca mengikuti Kongres Sarekat Islam di Banjarmasin.

Di kenal sebagai “Raja Jawa Tanpa Mahkota,” Tjokroaminoto di juluki oleh Belgia sebagai De Ongekroonde van Java. Ia adalah salah satu pelopor gerakan nasional di Indonesia dan menjadi guru bagi banyak pemimpin besar Indonesia.

Kontribusinya dalam memunculkan berbagai ideologi di Indonesia pada masa itu sangatlah penting. Tjokroaminoto di angkat menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1961.

Namanya di kenang dalam berbagai tempat seperti jalan, monumen, dan lembaga pendidikan di berbagai kota di Indonesia. Ia terus di hormati sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.