Ngenelo.net, News Update, – Gempa Bogor dengan magnitudo 4,1 mengguncang wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, pada Kamis malam, 10 April 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa terjadi akibat aktivitas Sesar Citarik, salah satu sesar aktif yang membentang di wilayah barat Pulau Jawa.
“Pembangkit Gempa Bogor di duga kuat adalah Sesar Citarik dengan mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip),” ujar Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Jumat 11 April 2025.
Gempa berkekuatan 4,1 M ini terjadi pada kedalaman 5 kilometer, termasuk gempa kerak dangkal yang efeknya lebih terasa di permukaan.
Pusat gempa berada hanya 2 kilometer dari tenggara pusat Kota Bogor. Guncangan terasa kuat hingga skala intensitas IV-V Modified Mercalli Intensity (MMI), cukup untuk membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah.
Mengenal Sesar Citarik, Jalur Aktif Pemicu Gempa Bogor
Sesar Citarik adalah sesar mendatar aktif dengan mekanisme geser mengiri.
Menurut data Kementerian ESDM, sesar ini membentang dari wilayah Pelabuhanratu, melewati Bogor, hingga Bekasi.
Keaktifannya sudah berlangsung sejak jutaan tahun lalu dan hingga kini masih terus bergerak perlahan.
Sesar ini memotong formasi batuan tua dan endapan aluvium yang muda seperti di Jakarta, menjadikannya salah satu sesar paling berisiko di kawasan padat penduduk.
Saat energi gesekan antar lempeng terkumpul dan tidak lagi tertahan, di lepaskanlah energi itu dalam bentuk gempa bumi, seperti yang terjadi pada Gempa Bogor kemarin.
Penamaan Sesar Citarik sendiri merujuk pada garis kelurusan Sungai Citarik yang terdeteksi melalui pemetaan geologi, seperti di sebut dalam jurnal “Dinamika Sesar Citarik” oleh Sidarto (2008).
Warga Panik, Suara Dentuman Awali Gempa Bogor
Sebelum gempa terasa, warga Bogor sempat mendengar dentuman keras. Deri (23), warga Bogor Utara, mengira dentuman berasal dari letusan gunung.
“Saya kira dentuman itu berasal dari gunung meletus,” katanya.
Tak lama kemudian, getaran menyusul, menggetarkan isi rumah dan memicu kepanikan warga yang langsung keluar rumah.
Hal serupa di rasakan Johan (49), Ia mengatakan bahwa ini adalah gempa pertama yang ia rasakan dalam beberapa tahun terakhir.
Kaca etalase rumahnya bergetar cukup keras, dan suasana sekitar pun menjadi panik.
BMKG mencatat hingga Jumat pagi, 11 April 2025, terjadi empat kali gempa susulan.
Meski tak menyebabkan kerusakan besar, Gempa Bogor menimbulkan kekhawatiran akan potensi gempa lanjutan. Terutama karena lokasinya cukup dekat dengan Gunung Gede.
Kenapa Sesar Citarik Harus Diwaspadai?
Sesar Citarik tidak hanya melintasi daerah dengan kepadatan penduduk tinggi seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi, namun juga wilayah wisata seperti Pelabuhanratu.
Aktivitasnya dapat memicu gempa berpotensi tsunami, terutama jika terjadi di bagian sesar yang mendekati Palung Jawa.
Sesar ini telah aktif sejak periode Miosen Tengah dan masih menunjukkan aktivitas hingga kini.
Maka, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memasukkan risiko Gempa Bogor ke dalam perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, hingga sistem peringatan dini.
Khusus wilayah Pelabuhanratu, keberadaan sistem deteksi dini tsunami perlu menjadi prioritas.
Mengingat kawasan ini berada di pesisir selatan Jawa yang rawan bencana gempa dan tsunami.
Gempa Bogor dan Sesar Citarik Tak Bisa Diabaikan
Gempa Bogor 10 April 2025 menjadi pengingat bahwa wilayah Jawa Barat berada di jalur rawan gempa akibat aktivitas sesar aktif.
Sesar Citarik yang menjadi penyebabnya memiliki sejarah panjang dan potensi besar untuk memicu gempa susulan.
Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah padat penduduk dan dekat zona sesar aktif.
Mitigasi bencana, edukasi kebencanaan, serta kesiapan menghadapi potensi tsunami di wilayah pesisir harus di perkuat dari sekarang.