Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan yang menentukan masa depan seseorang. Lalu, bagaimana jika salah merencanakan dana pendidikan, Apa saja penyebab dan dampaknya?
Dalam dunia yang semakin kompetitif, pendidikan yang baik menjadi modal utama untuk meraih cita-cita dan mencapai kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu, persiapan pendidikan harus dilakukan dengan matang, baik dari segi mental, fisik, maupun finansial.
Namun, meskipun banyak orang tua yang telah menyadari pentingnya persiapan dana pendidikan sejak dini, kenyataannya masih banyak yang melakukan kesalahan dalam merencanakannya.
Kesalahan ini dapat berdampak besar pada masa depan anak-anak, karena pendidikan yang baik menjadi semakin sulit di jangkau tanpa dana yang memadai.
Kali ini kita akan membahas secara mendalam berbagai penyebab umum kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan, serta bagaimana dampak yang mungkin di timbulkan dari kesalahan tersebut.
1. Salah Memperhitungkan Inflasi Dana Pendidikan
Salah satu kesalahan terbesar dalam merencanakan dana pendidikan adalah tidak memperhitungkan inflasi dengan benar.
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum, termasuk biaya pendidikan.
Jika inflasi tidak di perhitungkan, maka dana yang telah di persiapkan mungkin tidak cukup untuk menutupi biaya pendidikan di masa mendatang.
Biaya pendidikan cenderung naik lebih cepat di bandingkan inflasi umum.
Beberapa studi menunjukkan bahwa inflasi biaya pendidikan bisa mencapai 10% hingga 20% per tahun, jauh di atas inflasi barang-barang kebutuhan pokok.
Artinya, jika seseorang hanya memperhitungkan inflasi umum dalam merencanakan dana pendidikan, mereka akan mengalami kekurangan dana saat waktu pembayaran tiba.
Contoh nyata dari kesalahan ini adalah ketika orang tua mengira bahwa menabung dalam rekening tabungan biasa sudah cukup untuk menutupi biaya pendidikan anak.
Namun, dengan inflasi yang terus meningkat, uang yang di tabung mungkin tidak cukup untuk menutupi biaya yang di butuhkan, terutama jika dana tersebut tidak di investasikan dalam instrumen yang dapat mengalahkan inflasi.
Solusi dari masalah ini adalah melakukan perhitungan yang lebih cermat dan realistis.
Sebelum memutuskan jumlah dana yang harus di siapkan, penting untuk memahami berapa besar kenaikan biaya pendidikan di sekolah atau universitas yang di tuju.
Informasi ini dapat diperoleh dengan bertanya langsung ke institusi pendidikan atau melalui penelitian di sumber-sumber yang terpercaya.
2. Tidak Diterima di Sekolah Impian
Banyak orang tua memiliki harapan agar anaknya di terima di sekolah negeri favorit yang di anggap memiliki kualitas baik dengan biaya yang lebih terjangkau.
Namun, kenyataannya tidak semua anak berhasil masuk ke sekolah impian tersebut.
Ketika anak tidak diterima, orang tua sering kali harus mencari alternatif lain yang sering kali lebih mahal, seperti sekolah swasta.
Kegagalan masuk ke sekolah impian ini bisa menjadi pukulan besar, terutama jika dana yang telah disiapkan hanya cukup untuk biaya di sekolah negeri.
Banyak orang tua kemudian terpaksa menambah dana secara mendadak, yang bisa berdampak pada keuangan keluarga secara keseluruhan.
Dalam beberapa kasus, orang tua bahkan harus meminjam uang atau menjual aset untuk menutupi kekurangan dana.
Untuk menghindari situasi ini, penting untuk memiliki rencana cadangan.
Orang tua harus mempersiapkan dana yang cukup fleksibel untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan seperti ini.
Jika memungkinkan, dana pendidikan sebaiknya di siapkan dengan memperhitungkan biaya di sekolah swasta yang mungkin harus di pilih jika anak tidak di terima di sekolah negeri.
Selain itu, mempersiapkan anak dengan baik untuk tes masuk sekolah juga merupakan langkah penting.
Memberikan bimbingan tambahan, memastikan anak memahami materi yang akan di ujikan, dan membantu mereka menghadapi tes dengan tenang dapat meningkatkan peluang mereka untuk di terima di sekolah impian.
3. Salah Memilih Instrumen Investasi
Investasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mempersiapkan dana pendidikan.
Namun, kesalahan dalam memilih instrumen investasi bisa berakibat fatal.
Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk jangka waktu, tingkat risiko, dan potensi imbal hasil.
Kesalahan yang sering terjadi adalah memilih instrumen investasi yang tidak sesuai dengan tujuan jangka waktu pendidikan.
Misalnya, menggunakan instrumen investasi jangka panjang untuk tujuan jangka pendek, atau sebaliknya.
Instrumen investasi jangka panjang, seperti saham, bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang lebih besar dan fluktuasi harga yang lebih tinggi.
Sebaliknya, instrumen jangka pendek seperti deposito atau obligasi mungkin lebih aman tetapi menawarkan imbal hasil yang lebih rendah.
Ketika dana pendidikan yang telah di investasikan di instrumen jangka panjang perlu di cairkan dalam jangka pendek, ada risiko bahwa nilai investasi tersebut belum maksimal atau bahkan mengalami penurunan.
Ini bisa menyebabkan dana yang telah di siapkan tidak cukup untuk menutupi biaya pendidikan yang di butuhkan.