Silaturrahim, atau menjalin hubungan baik dengan kerabat dan sesama, merupakan ajaran penting dalam Islam. Kali ini ngenelo.net akan mengulas 6 Etika Silaturrahim dalam Islam.
Konsep ini mencerminkan salah satu inti dari ajaran Islam yaitu kasih sayang.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. An-Nisā’ [4]:1)
Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya silaturrahim dengan sabdanya, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan.” (Muttafaq ‘Alaih).
Dan beliau bersabda, “Barangsiapa senang di luaskan rizkinya dan di panjangkan umurnya (di berkahi), maka hendaklah ia bersilaturrahim.” (Muttafaq ‘Alaih).
Enam Etika Silaturrahim
Berikut adalah enam etika dalam silaturrahim yang di ajarkan Islam:
1. Dahulukan Mengunjungi Kerabat Dekat
Prioritaskan untuk mengunjungi kerabat dekat, terutama orang tua, dan berusaha untuk menggembirakan hati mereka.
Allah SWT berfirman: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya.” (QS. al-Isra’ [17]:26).
Kunjungan ini memperkuat ikatan kekeluargaan dan merupakan bentuk penghormatan serta kasih sayang.
2. Memberikan Sesuatu Sebagai Oleh-Oleh
Memberikan hadiah atau oleh-oleh merupakan cara yang baik untuk bersilaturrahim sekaligus mendapatkan pahala.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kebaikan yang paling Allah senangi setelah ibadah fardhu adalah memberikan kebahagiaan kepada saudara semuslim.” (HR. ath-Thabrani).
Ini tidak hanya membahagiakan penerima tetapi juga menambah pahala kita.
3. Memberi Nasehat dan Jalan Keluar
Memberikan nasehat kepada yang membutuhkan dan membantu menyelesaikan masalah adalah bagian dari etika silaturrahim.
Allah SWT berfirman: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. asy-Syu`ara’ [26]:214).
Seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang selalu menasehati kerabatnya ketika ayat ini turun.
4. Bersedekah kepada Yang Miskin
Sementara, bersedekah kepada kerabat yang miskin merupakan bentuk silaturrahim yang sangat di anjurkan.
Allah SWT berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali `Imran [3]:92).
Ini adalah bentuk kepedulian dan berbagi rezeki kepada sesama.
5. Tidak Membalas Keburukan dan Tidak Mengharap Balasan
Silaturrahim yang sesungguhnya adalah tidak membalas keburukan dan tidak mengharap balasan.
Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan.” (QS. al-Radd [13]:21).
Nabi SAW menjelaskan bahwa yang di sebut penghubung kekerabatan adalah orang yang menghubungkan kembali tali kekerabatan yang terputus, bukan hanya membalas hubungan yang baik (HR. Bukhari).
6. Menundukkan Pandangan, Menjauhi Khalwat, dan Menjaga Lisan
Etika silaturrahim juga meliputi menjaga pandangan, menjauhi khalwat (berduaan dengan lawan jenis tanpa mahram), dan menjaga lisan.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka.’” (QS. an-Nur [24]:30).
Nabi SAW juga menegaskan agar tidak berkhalwat dengan wanita lain kecuali di sertai mahrimnya (HR. Bukhari).
Dengan mengikuti enam etika ini, kita tidak hanya memperkuat tali silaturrahim tetapi juga mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.
Semoga kita semua dapat mengimplementasikan etika-etika ini dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan ridha Allah dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahu A’lam.