Laksamana Keumalahayati! Pimpinan Para Janda Perang, Ditakuti Negara PenjajahLaksamana Keumalahayati! Pimpinan Para Janda Perang, Ditakuti Negara Penjajah

Sultan sudah trauma dengan para laki-laki yang di anggapnya telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk menjatuhkan dirinya.

Hal itu di sebabkan kecurigaannya terhadap kaum laki-laki, sultan memutuskan untuk mengangkat seorang
wanita sebagai Laksamana.

Kemungkinan tersebut semakin jelas ketika sultan mengangkat Keumalahayati sebagai Laksamana.

Sultan juga mengangkat seorang Cut Limpah sebagai “dewan rahasia” istana yang oleh Van Zeggelen di sebut sebagai “geheimraad “.

Setelah memangku jabatan sebagai Laksamana, Keumalahayati mengkoordinir sejumlah Pasukan Laut, mengawasi pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah Syahbandar dan juga kapal-kapal jenis galey milik Kerajaan Aceh.

Armada Tangguh

John Davis, seorang berkebangsaan Inggris yang menjadi nahkoda pada sebuah kapal Belanda yang mengunjungi Kerajaan Aceh pada masa Keumalahayati menjadi Laksamana, menyebutkan bahwa Kerajaan Aceh
pada masa itu memiliki perlengkapan armada laut.

Yang terdiri atasi 100 buah kapal (galey), di antaranya ada yang berkapasitas muatan sampai 400-500 penumpang.

Pemimpin pasukan tersebut adalah seorang wanita yang berpangkat Laksamana. Pada awal abad XVII, Kerajaan Aceh telah memiliki angkatan perang yang tangguh.

Kekuatannya yang terpenting adalah kapal-kapal galey yang di miliki Angkatan Lautnya. Di samping itu, Angkatan Darat Kerajaan Aceh juga memiliki pasukan gajah.

Untuk mengawasi daerah kekuasaan dan daerah taklukan, Kerajaan Aceh menempatkan kapal-kapal perangnya di
pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan atau di bawah pengaruhnya, misalnya Daya dan Pedir.

Di antara kapal-kapal itu ada yang besarnya melebihi ukuran kapal-kapal yang di miliki bangsa Eropa.

Laksamana Keumalahayati menunjukkan perbedaan gender bukan  masalah mempertahankan tanah air.

Dapatkan Artikel Lainnya di Google News

NETWORK: Daftar Website

NetworK