Abu Nawas Ngamuk! Seisi Istana Dibuat Berantakan
SUATU ketika seisi Istana Raja Harun Al Rasyid pernah dibuat Abu Nawas berantakan. Lucunya, sang Raja hanya bisa terdiam melihat Abu Nawas ngamuk di depan hadapannya sendiri.
Seperti apa marahnya Abu Nawas, sampai nekat ngamuk dengan membuat seisi istana berantakan?
Begini ceritanya.
Semua berawal saat Abu Nawas pulang, lalu dirinya hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya.
Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titah langsung Baginda Raja, membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa di cegah.
Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.
Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak di temukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas.
Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihatuntuk membalas Baginda.
Makanan yang di hidangkan oleh istrinya tidak di makan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang.
“Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi.” Abu Nawas berkata kepada istrinya.
“Untuk apa?” tanya istrinya heran.”Membalas Baginda Raja.” kata Abu Nawas singkat.
Tamu Tak Diundang
Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata,
“Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak di undang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba.”
“Siapakah tamu-tamu yang tidak di undang itu wahai Abu Nawas?” sergap Baginda kasar.
“Lalat-lalat ini, Tuanku.” kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. “Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini.”
“Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?””Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu.”
Baginda Raja tidak bisa mengelak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana.
Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah, Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini.
Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi di bawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu.
Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah.
Lalu, giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk di terjang tongkat besi Abu Nawas.
Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.