Rasulullah tersenyum, ia mengatakan bahwa Fatimah selalu menolak lamaran yang datang sehingga kali ini Sahabat Ali juga harus menunggu jawaban.
Kemudian Rasulullah menanyakan kepada Fatimah, apakah ia menerima lamaran Sahabat Ali. Fatimah hanya diam.
Namun, seperti halnya kaidah yang berbunyi, “Assukutu ‘alamatun Na’am”, sikap diamnya Fatimah berarti bahwa ia setuju.
Betapa gembiranya hati Ali. Seseorang yang menjadi pujaan hatinya menerima pinangannya.
Baju Zirah Ali
“Apakah engkau memiliki sesuatu yang akan engkau jadikan mahar, wahai Ali?” Ketika mendapat pertanyaan tersebut, Ali menjawab bahwa ia hanya memiliki sebilah pedang, baju zirah, dan seekor unta.
Rasulullah mengatakan bahwa tak mungkin bagi seorang kesatria untuk berpisah dengan pedang, sedangkan unta tersebut pasti di gunakan untuk mengairi tanaman.
Sehingga Rasulullah akhirnya memerintahkan Ali untuk menjadikan baju zirah-nya sebagai mahar.
Pergilah Sahabat Ali ke kediaman Utsman bin Affan untuk menjual baju zirah tersebut seharga 400 dirham.
Pada bulan Dzullhijjah tahun 2 Hijriah berlangsunglah pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra.
Demikian Kisah Cinta Ali dan Fatimah yang begitu mendalam. Dalam diam, kisah cinta keduanya bersemi hingga jalan menuju pernikahan.
Dapatkan Artikel Lainnya di Google News