Rabu, 29 Oktober 2025 15:02 WIB

Harga Perak Naik Tajam, Lebih Menjanjikan dari Investasi Emas?

Bengkulu, Ngenelo.net, – Harga perak naik tajam dalam beberapa pekan terakhir, menandai pergeseran besar perhatian investor global dari emas ke logam putih tersebut.

Lonjakan harga perak naik ini di picu oleh meningkatnya permintaan industri hijau dan defisit pasokan tambang dunia yang semakin ketat.

Perak (kode XAG), yang selama ini di juluki “emasnya rakyat kecil,” kini mencuri perhatian pasar. Dalam dua bulan terakhir, harga perak naik lebih dari 35 persen, menandakan tren bullish yang kuat.

Sementara itu, penurunan dolar AS dan pelonggaran suku bunga global memperkuat daya tarik logam ini sebagai aset investasi alternatif.

Permintaan Industri Hijau Dongkrak Harga Perak Naik

Faktor utama di balik kenaikan harga perak adalah melonjaknya kebutuhan industri energi terbarukan. Perak merupakan konduktor listrik terbaik di dunia dan menjadi bahan penting untuk panel surya, baterai kendaraan listrik, serta jaringan 5G.

Data global menunjukkan sektor energi surya dan mobil listrik kini menyerap sekitar 25% dari total pasokan perak tahunan. Kebutuhan ini bersifat permanen karena di dorong target emisi nol bersih (net zero) yang diadopsi berbagai negara.

Ledakan kecerdasan buatan (AI) juga menambah tekanan permintaan baru. Pusat data AI membutuhkan lebih banyak perak di banding sistem konvensional.

Permintaan ini tidak bisa di tunda karena terkait langsung dengan agenda energi global.

Pasokan Terbatas, Harga Perak Naik Semakin Liar

Sisi pasokan justru menjadi sumber potensi ledakan harga perak naik. Sekitar 70% pasokan global perak berasal dari hasil sampingan tambang logam lain seperti tembaga dan seng. Artinya, peningkatan produksi tidak bisa dilakukan cepat meski harga melonjak tinggi.

Kondisi ini menjadikan pasar perak sangat sensitif terhadap perubahan permintaan. Laporan Goldman Sachs menyebut perak berperilaku seperti “versi turbo dari emas” karena setiap dolar investasi yang masuk memiliki dampak besar terhadap harga.

Pasar perak global bahkan di sebut sembilan kali lebih kecil di banding emas. “Tanpa dukungan pembelian dari bank sentral, fluktuasi harga perak bisa lebih tajam. Tapi justru inilah daya tariknya bagi investor jangka pendek,” tulis laporan Goldman Sachs dilansir dari laman kompas.

Prediksi Harga Perak Naik hingga Akhir Tahun

Beberapa analis memperkirakan harga perak bisa menembus US$55 per ounce sebelum akhir tahun. Investor sekaligus penulis Rich Dad Poor Dad, Robert T. Kiyosaki, menilai potensi kenaikan perak bisa mencapai lima kali lipat dalam 12 bulan ke depan.

Menurutnya, rasio emas–perak yang kini berada di atas 80:1 menunjukkan undervaluasi ekstrem terhadap perak. “Jika rasio ini kembali normal, harga perak harus naik jauh lebih cepat daripada emas,” ujar Kiyosaki di kutip dari laman CNBC.

Sementara itu, tekanan terhadap dolar AS dan potensi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve menjadi pendorong tambahan bagi reli logam putih ini. Dalam konteks makroekonomi, setiap kali suku bunga riil turun, harga perak naik karena biaya peluang untuk memegang logam mulia menjadi lebih rendah.

Investor Diimbau Waspadai Volatilitas

Meski tren harga terlihat menjanjikan, analis memperingatkan potensi volatilitas ekstrem yang menyertai reli tersebut. Pasar yang relatif kecil membuat fluktuasi bisa tajam dalam waktu singkat, terutama jika arus modal tiba-tiba berbalik arah.

Strategi investasi bertahap seperti dollar-cost averaging di rekomendasikan agar risiko tersebar lebih merata. “Perak tidak bisa di perlakukan sebagai versi murah emas. Ia punya profil risiko sendiri,” tulis Goldman Sachs.

Dengan permintaan industri yang melonjak, pasokan terbatas, serta kebijakan moneter longgar, harga perak naik tampaknya bukan tren sesaat—melainkan indikasi perubahan besar di pasar logam global.

Catatan Redaksi:
Artikel ini bersifat informatif dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual aset investasi. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Tinggalkan komentar