Tragedi Terbesar Tahun Ini: Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk di Sidoarjo
Sidoarjo, Ngenelo.net, – Jumlah korban meninggal dunia akibat ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melaporkan, hingga Senin (6/10/2025) petang, tercatat 64 orang meninggal dunia dan 104 orang selamat dalam tragedi yang terjadi saat waktu salat Ashar, Senin (29/9).
Kepala Basarnas, Mohammad Syafii, menyampaikan langsung data tersebut dalam konferensi pers di lokasi kejadian. “Yang sudah dinyatakan meninggal 64 orang dan selamat 104 orang,” ujar Syafii.
Ia menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi kejadian dengan korban terbanyak sepanjang 2025.
“Ini menimbulkan keprihatinan luar biasa, karena sepanjang tahun 2025, inilah insiden dengan jumlah korban meninggal terbanyak,” ujarnya dengan nada haru.
Fokus Pencarian Korban dan Evakuasi di Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny
Upaya pencarian korban masih berlangsung hingga Senin malam. Tim Basarnas di bantu relawan dan TNI-Polri terus menyisir puing-puing bangunan musala yang ambruk di kawasan Buduran, Sidoarjo.
“Penyelamatan satu nyawa merupakan aset negara yang tidak bisa dihitung,” tegas Syafii. Ia menambahkan, kerja keras para petugas di lapangan menjadi bagian penting dari tanggung jawab kemanusiaan negara terhadap para korban bencana.
Musala tersebut ambruk ketika puluhan santri tengah menunaikan salat berjamaah Ashar, sementara di lantai tiga sedang berlangsung renovasi bangunan.
Kombinasi aktivitas itu di duga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan struktur bangunan tidak mampu menahan beban tambahan.
Duka Menyelimuti Sidoarjo, Musala Ponpes Al Khoziny Jadi Sorotan Nasiona
Tragedi Musala Ponpes Al Khoziny mengguncang masyarakat Jawa Timur. Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, yang selama ini di kenal sebagai salah satu pesantren besar di Sidoarjo.
Ratusan keluarga korban tampak mendatangi rumah sakit rujukan dan posko pencarian untuk memastikan kondisi kerabat mereka. Pemerintah daerah bersama Kementerian Agama disebut telah menyiapkan bantuan logistik dan pendampingan psikologis bagi keluarga korban.
Selain itu, tim dari Kementerian PUPR dan Dinas Cipta Karya Sidoarjo juga turun melakukan pemeriksaan terhadap konstruksi bangunan Musala Ponpes Al Khoziny untuk memastikan penyebab pasti ambruknya struktur.
Pemeriksaan ini di nilai penting agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi di lingkungan pendidikan keagamaan.
Musala Ponpes Al Khoziny Jadi Pelajaran Penting
Peristiwa ambruknya Musala ini menjadi sorotan nasional terkait keamanan bangunan lembaga pendidikan berbasis pesantren. Banyak pihak mendesak adanya audit struktur dan izin bangunan di seluruh pondok pesantren, terutama yang sedang dalam proses renovasi.
Sementara melansir laman kompas, pakar konstruksi dari ITS Surabaya, Dr. Ir. Arifin Nugroho, menilai bahwa banyak musala dan asrama pesantren di Jawa Timur di bangun tanpa pengawasan ketat dari tenaga ahli. “Kita harus belajar dari Musala Ponpes Al Khoziny, bahwa keselamatan santri dan jamaah tidak boleh di kompromikan,” katanya.
Sementara itu, Basarnas memastikan proses evakuasi berlanjut hingga seluruh area musala di pastikan aman dan semua korban di temukan. Pemerintah pusat di kabarkan tengah mempersiapkan bantuan dana rehabilitasi untuk pemulihan kawasan pesantren tersebut.
Duka Mendalam dan Harapan Baru untuk Keselamatan Santri
Tragedi di Sidoarjo ini menjadi pengingat keras bahwa keselamatan tidak boleh di abaikan dalam pembangunan fasilitas pendidikan keagamaan. Dengan 64 korban jiwa dan puluhan lainnya luka-luka, musibah ini tercatat sebagai bencana terburuk sepanjang tahun 2025.
Meski demikian, semangat para relawan dan petugas terus membangkitkan harapan. Seperti di katakan Kepala Basarnas, Mohammad Syafii, setiap nyawa yang berhasil di selamatkan adalah “aset negara yang tak ternilai.”
Masyarakat kini berharap agar dari duka mendalam ini lahir kesadaran baru: membangun dengan aman, menjaga nyawa, dan menegakkan tanggung jawab kemanusiaan di atas segalanya.