Selasa, 30 September 2025 18:54 WIB

Nilai Tukar Asia Melemah terhadap Dolar AS, Rupiah Ikut Tertekan

Bengkulu, Ngenelo.net, – Nilai tukar Asia serentak mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Refinitiv pukul 09.20 WIB, hampir seluruh mata uang di kawasan terpantau melemah di tengah penguatan indeks dolar.

Baht Thailand tercatat menjadi mata uang paling tertekan di kawasan, dengan koreksi sebesar 0,28% ke posisi THB32,28 per dolar AS. Disusul won Korea yang terdepresiasi 0,21% ke level KRW 1402,8 per dolar.

Rupiah tidak luput dari tekanan. Mata uang Garuda terpantau melemah 0,15% ke level Rp16.690 per dolar AS, meskipun sempat dibuka menguat 0,09% di awal perdagangan. Kondisi ini menempatkan rupiah di posisi ketiga terlemah di Asia pada hari ini.

Rupee India Jadi Pengecualian

Berbeda dengan tren pelemahan nilai tukar Asia lainnya, rupee India justru bergerak menguat tipis 0,01% ke posisi INR 88,667 per dolar AS.

Meski penguatan tersebut sangat terbatas, rupee menjadi satu-satunya mata uang di kawasan yang berhasil melawan dominasi greenback.

Mata uang Asia lain yang turut tertekan di antaranya dolar Taiwan yang turun 0,09% ke TWD 30,512 per dolar AS dan peso Filipina yang melemah 0,07% ke PHP 58,038 per dolar AS. Yuan China pun ikut terdepresiasi 0,06% ke CNY 7,1239 per dolar AS.

Selain itu, dolar Singapura dan yen Jepang masing-masing terkoreksi 0,05% terhadap dolar AS, mencerminkan tekanan serentak yang melanda kawasan.

Faktor Global Tekan Nilai Tukar Asia

Pelemahan hampir seluruh nilai tukar Asia di picu oleh penguatan indeks dolar (DXY) yang naik tipis 0,09% ke level 97,994. Padahal sebelumnya, DXY sempat tertekan selama dua hari beruntun.

Kenaikan dolar AS tidak lepas dari meningkatnya risiko government shutdown di Washington menjelang tenggat pendanaan pemerintah pada 1 Oktober.

Ketidakpastian politik membuat pasar cenderung berhati-hati, apalagi sejumlah rilis data ekonomi penting bisa tertunda jika kebuntuan anggaran tak kunjung terselesaikan.

Presiden Donald Trump hingga kini belum mencapai kesepakatan dengan oposisi Partai Demokrat terkait rancangan anggaran belanja pemerintah. Situasi ini menambah tekanan pada pasar global, termasuk pergerakan nilai tukar Asia.

Pasar Nantikan Sinyal The Fed

Selain isu politik, investor juga menunggu rilis data tenaga kerja AS September, termasuk laporan non-farm payrolls, lowongan kerja, penggajian sektor swasta, serta indeks manufaktur ISM. Data ini di nilai krusial untuk memetakan arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Presiden The Fed New York, John Williams, pada awal pekan ini menegaskan bahwa tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja menjadi alasan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga bulan lalu.

Pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada Oktober, dengan total 42 basis poin pelonggaran hingga akhir tahun.

Kondisi global tersebut menjadi sentimen utama yang memengaruhi pelemahan nilai tukar Asia hari ini, termasuk rupiah yang masih rentan terhadap tekanan eksternal.

Tinggalkan komentar