Minggu, 28 September 2025 05:12 WIB

FISIP UNIB Gelar FGD Advokasi Hak Difabel, Ini yang Dibahas!

Kota Bengkulu, Ngenelo.net, – FISIP Universitas Bengkulu menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Advokasi Berbasis Masyarakat untuk Pemenuhan Hak Difabel”.

Acara berlangsung Kamis, 18 September 2025 di Aula Kantor Lurah Sawah Lebar, Kota Bengkulu.

Kegiatan ini di mulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB dengan di ikuti lebih dari 25 peserta.

FGD menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan. Ada Lurah Sawah Lebar, Ketua Kelompok Difabel setempat, hingga fasilitator pendamping KDK.

Tujuan utama kegiatan ini untuk memperkuat keterampilan advokasi berbasis partisipasi masyarakat.

Peserta FGD di dominasi pengurus DPD PPUAD Bengkulu, OPDIS mitra, dan relawan mahasiswa.

Guna kelancaran komunikasi, panitia menyiapkan juru bahasa isyarat.

Hal ini menjadi wujud nyata komitmen FISIP UNIB dalam mendukung kesetaraan akses informasi bagi difabel.

Dengan keterlibatan komunitas, kegiatan ini di harapkan memberi dampak langsung pada penguatan advokasi di Bengkulu.

Penguatan Kapasitas Organisasi Difabel

Latar belakang kegiatan ini berangkat dari keprihatinan meningkatnya jumlah pemerlu layanan sosial.

Kondisi ini mendorong lahirnya inisiatif masyarakat dalam membangun pelayanan sosial berbasis komunitas.

Namun, sebagian besar manajemen organisasi sosial masih tradisional dan berbasis amal semata.

Situasi itu menjadi alasan tim pengabdian masyarakat FISIP UNIB menggelar penguatan kapasitas.

Kegiatan dilakukan lewat program bertajuk “Penguatan Kapasitas Organisasi Pelayanan Kemanusiaan”.

Salah satu mitra strategis adalah DPD Pusat Pemilihan Umum Akses Disabilitas (PPUAD) Bengkulu.

PPUAD berdiri sejak 2013 dengan fokus advokasi hak politik penyandang disabilitas.

Meski dengan berbagai keterbatasan, pengurus PPUAD tetap optimis berkontribusi positif.

Advokasi mereka di arahkan pada ranah kebijakan publik dengan strategi hukum dan budaya hukum.

Sementara, ketua pelaksana kegiatan Desy Afrita, AKS, MP mengungkapkan kegiatan seperti ini merupakan kegiatan rutin.

“Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun,” ungkap Desy.

Praktik Baik dari Kelurahan Sawah Lebar

FGD kali ini juga menyoroti praktik baik dari Kelompok Difabel Kelurahan (KDK) Maju Bersama Sawah Lebar.

Kelompok ini sudah lama menggerakkan partisipasi difabel di tingkat lokal.

Salah satu program unggulannya adalah bank sampah yang di kelola secara swadaya.

Program itu terbukti mampu meningkatkan kepercayaan diri anggota KDK.

Selain itu, mereka juga berhasil membuka akses terhadap pemenuhan hak difabel.

Mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas, manfaat terasa nyata.

Upaya ini juga selaras dengan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 3 Tahun 2024.

Aturan tersebut menegaskan tentang penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.

Dengan adanya dukungan pemerintah daerah, gerakan difabel semakin kuat dan sistematis.

Harapan dari FGD Advokasi Hak Difabel

FGD Advokasi Hak Difabel di Bengkulu diharapkan jadi ruang pertukaran informasi.

Peserta bisa belajar langsung dari pengalaman narasumber dan organisasi lokal.

Sementara itu, strategi advokasi berbasis masyarakat di yakini lebih efektif dan berkelanjutan.

Kegiatan ini sekaligus mempertemukan akademisi, pemerintah, dan komunitas difabel.

Sinergi tiga elemen itu akan memperkuat gerakan advokasi di Bengkulu.

Selain itu, FGD juga memperkaya pemahaman peserta tentang ragam strategi advokasi.

Dengan partisipasi aktif komunitas, advokasi tidak hanya berhenti pada wacana.

Ia berkembang menjadi gerakan nyata yang memberi dampak luas.

Advokasi hak difabel di Bengkulu pun di harapkan semakin kokoh ke depan.

Ketua pelaksana kegiatan Desy Afrita, AKS, MP saat membuka FGD Advokasi Hak Difabel.

Tinggalkan komentar