Kuliner, Ngenelo.net, – Diet Viking kembali jadi pembicaraan. Banyak yang tertarik mencoba pola makan ala bangsa Nordik ini. Klaimnya, diet ini sehat dan alami.
Bangsa Viking di kenal sebagai prajurit tangguh dari Skandinavia. Mereka hidup antara abad ke-8 hingga abad ke-11. Selain terkenal karena petualangan, pola makan mereka kini jadi sorotan.
Diet ini fokus pada makanan segar, musiman, dan bersumber lokal. Tidak hanya ikan, tapi juga biji-bijian, sayuran akar, dan buah beri.
Apa Itu Diet Viking?
Ahli gizi Edwina Raj menjelaskan konsep Diet Viking. Pola makan ini terinspirasi kebiasaan makan masyarakat Norwegia, Swedia, dan Denmark.
Bahan utama diet ini antara lain gandum hitam, soba, barley, sayuran akar, serta ikan kaya omega-3 seperti salmon dan herring.
Daging di konsumsi secukupnya. Biasanya di rebus atau difermentasi, bukan di goreng. Teknik masak lambat di pilih untuk menjaga rasa dan gizi.
Menu Khas Diet Viking
Diet Viking memprioritaskan biji-bijian utuh seperti roti gandum hitam dan oat. Ikan segar jadi sumber protein utama.
Daging kambing, domba, dan babi dikonsumsi dalam jumlah terukur. Sayuran seperti kubis, wortel, dan lobak sering hadir di meja makan.
Produk susu, minyak lobak, dan kacang-kacangan juga masuk daftar. Madu menjadi pemanis alami yang di gunakan sehari-hari.
Manfaat untuk Kesehatan
Diet Viking di nilai kaya gizi. Kandungan omega-3, serat, dan antioksidan membantu menjaga kesehatan jantung dan pencernaan.
Sebuah studi di jurnal Food and Nutrition Research membuktikan pola makan Nordik seimbang. Asupan sayuran dan ikan cukup tinggi, sedangkan gula dan alkohol rendah.
Pola makan ini mendukung berat badan stabil. Keseimbangan protein, lemak, dan karbohidrat terjaga dengan baik.
Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi
Meski sehat, Diet Viking juga punya potensi risiko. Kandungan protein dan lemak hewaninya tinggi jika tidak di imbangi sayuran.
Bagi penderita masalah jantung, hati, atau ginjal, diet ini perlu di awasi ahli gizi. Risiko lain adalah biaya tinggi karena bahan segar tertentu sulit di dapat.
Di katakan Raj, diet ini juga bisa mahal atau kurang praktis di mana ikan segar, buah beri, atau daging berkualitas sulit di temukan dan harganya pasti mahal.
Selain itu, untuk kondisi kesehatan tertentu harus melibatkan ahli gizi.
“Salah satu kelemahan diet Viking adalah kandungan protein dan lemak hewaninya yang tinggi jika tidak di imbangi dengan cukup sayuran dan biji-bijian utuh. Hal ini perlu hak oleh ahli gizi yang berkualifikasi jika Anda memiliki kondisi tertentu yang berkaitan dengan jantung, hati, atau ginjal,” ujar Raj.
Metode masak lambat juga di anggap memakan waktu. Selain itu, alergi terhadap ikan atau produk susu bisa menjadi penghalang.
Kesimpulan: Diet Viking Perlu Bijak
Diet Viking memang menarik. Manfaatnya nyata jika di lakukan dengan porsi seimbang dan variasi bahan.
Kunci keberhasilan ada pada moderasi. Mengurangi lemak jenuh dan menjaga asupan sayur akan memaksimalkan manfaatnya.
Sebelum memulai, di sarankan konsultasi ke ahli gizi atau dokter. Dengan begitu, pola makan ini bisa jadi gaya hidup sehat, bukan risiko baru.