Menjelang musim panen, para petani kopi di Kepahiang mulai waspada meningkatnya aksi pencurian biji kopi.Menjelang musim panen, para petani kopi di Kepahiang mulai waspada meningkatnya aksi pencurian biji kopi. Foto: Ilustrasi - Ngenelo.net-

Ngenelo.net, News Update, – Petani kopi Kepahiang kembali di selimuti kecemasan akibat meningkatnya aksi pencurian biji kopi di sejumlah kebun milik warga.

Fenomena ini muncul bersamaan dengan naiknya harga kopi, yang justru membuat petani merasa was-was meski harga jual menggiurkan.

Tak hanya mengancam hasil panen, tindakan pencurian ini juga menimbulkan kerugian besar karena sering kali di sertai dengan perusakan tanaman.

Petani kopi Kepahiang bahkan harus ekstra waspada, terutama saat malam hari atau ketika cuaca sedang hujan.

Baru-baru ini, kasus pencurian terjadi di Desa Karang Endah, di mana pelaku yang di duga mencuri biji kopi di tembak oleh pemilik kebun menggunakan senapan angin karena dikira seekor babi yang berkeliaran.

Kondisi ini menambah deretan kekhawatiran petani kopi, karena aksi pencurian kerap berulang setiap kali harga kopi naik dan mendekati masa panen.

Kejadian Berulang Saat Musim Panen, Petani Siaga di Kebun

Masalah pencurian yang di hadapi para petani kopi Kepahiang bukanlah hal baru.

Setiap tahun menjelang masa panen, berita tentang hilangnya biji kopi dari kebun mulai bermunculan.

Tak jarang para pelaku melakukan aksinya dengan cara merusak tanaman.

Menggunakan alat sederhana seperti tempurung kelapa, pelaku mengeruk batang kopi hingga ranting-ranting patah dan batang kopi menjadi rusak.

Petani kopi seperti di Kabupaten Kepahiang pun merasa di rugikan dua kali lipat.

Kehilangan hasil panen dan juga rusaknya tanaman yang seharusnya masih bisa berproduksi dalam beberapa musim mendatang.

Parahnya, pelaku pencurian biji kopi jarang tertangkap, membuat keresahan semakin meluas di kalangan petani.

Biasanya, sebagian besar petani kopi Kepahiang memutuskan untuk berjaga langsung di kebun mereka.

Seperti yang di lakukan oleh Purwanto, ia memilih tinggal di kebun sejak hari keempat lebaran hingga musim panen selesai, demi menjaga hasil panennya tetap aman dari aksi pencurian.

“Sudah mulai di jaga, sampai selesai panen baru bisa pulang ke rumah. Itung-itung sambil bersihkan kebun,” ujar Purwanto, salah satu petani kopi asal Kota Bengkulu yang memiliki lahan di Kabupaten Kepahiang.

Harga Kopi Tinggi, Petani Kopi Kepahiang Semakin Waspada

Saat ini harga kopi di Kepahiang kisaran Rp65.000 hingga Rp110.000 per kilogram, tergantung kualitas kopi, biasa atau biji merah.

Harga ini tentu menjadi motivasi bagi pelaku pencurian, karena keuntungan yang bisa mereka dapatkan sangat besar meskipun hasil curian tidak banyak.

Namun bagi petani kopi, angka ini tak sepenuhnya membawa kebahagiaan karena di barengi dengan ancaman nyata kehilangan hasil jerih payah mereka.

Seperti di ungkapkan Purwanto, perkirakan musim panen akan berlangsung dari bulan Mei hingga Juni.

Sementara, hingga panen selesai, ia harus terus berjaga agar tidak kehilangan hasil panen.

“Tidak pakai pulang, di kebun sampai selesai panen. Paling turun ke desa terdekat beli sembako” ungkapnya melalu pesan WhatsApp.

Langkah-langkah keamanan mulai di terapkan secara mandiri oleh para petani, mulai dari tinggal di kebun hingga mengaktifkan sistem ronda malam.

Seperti di daerah Kepahiang, para petani selama ini membangun pondok yang berdekatan satu sama lain.

Jumlahnya bisa mencapai puluhan pondok, dengan kebun kopi mereka terhampar di sekitar pondok-pondok tersebut.

Petani kopi Kepahiang berharap pemerintah daerah maupun aparat keamanan bisa memberikan perhatian lebih terhadap kondisi ini.

Sebab, jika di biarkan berlarut, petani akan terus berada dalam tekanan meski berada di masa panen yang seharusnya membawa kebahagiaan.

NETWORK: Daftar Website

NetworK