Thursday, 14 August 2025 - 01:14 WIB

Abu Nawas dan Lelaki Misterius

NGENELOAbu Nawas dan Lelaki Misterius. Pada suatu hari, Abu Nawas sedang duduk di pelataran masjid, mencoba untuk menjalani ibadah dengan khusyuk.

Namun, sulit bagi Abu Nawas untuk berkonsentrasi, karena pikirannya terus-menerus melayang ke lelucon dan kejenakaan. Ia berusaha keras untuk memfokuskan pikirannya pada doa dan dzikir.

Tiba-tiba, seorang lelaki misterius dengan jubah panjang dan jenggot lebat muncul di depan Abu Nawas. Lelaki itu mengucapkan salam dan berkata, “Abu Nawas, aku adalah seorang wali Allah yang di kirim untuk menguji keimananmu.”

Abu Nawas melirik lelaki misterius itu dengan wajah polos dan berkata, “Oh, tentu saja! Allah pasti mengirimmu untuk memperhatikanku yang sedang beribadah dengan sungguh-sungguh. Aku pasti akan lulus ujian ini dengan gemilang!”

Lelaki misterius itu tertawa lepas, dan kemudian ia berkata, “Baiklah, Abu Nawas. Aku akan memberikanmu ujian yang mudah. Jika kau bisa menjawab pertanyaanku dengan benar, maka kau akan melewati ujian ini.”

Abu Nawas mengangguk dengan antusias, “Silakan, ajukan pertanyaanmu!”

Lelaki misterius itu bertanya, “Apa yang lebih besar daripada Allah, yang lebih jahat daripada setan, orang kaya membutuhkannya, orang miskin memilikinya, dan jika kau memakainya, kau akan mati?”

Abu Nawas merenung sejenak, lalu dengan penuh keyakinan, ia menjawab, “Tentu saja! Itu adalah tanggung jawab sebagai wali Allah! Lebih besar daripada Allah, lebih jahat daripada setan, orang kaya membutuhkannya, orang miskin memilikinya, dan jika kau memakainya, kau akan mati!”

Lelaki misterius itu tercengang oleh jawaban Abu Nawas. Namun, ia dengan sabar menjelaskan, “Tidak, Abu Nawas. Jawaban yang benar adalah ‘tidak ada yang lebih besar daripada Allah, yang lebih jahat daripada setan, orang kaya tidak membutuhkannya, orang miskin tidak memilikinya, dan jika kau memakainya, kau akan mati.’ Tapi, aku harus mengakui, jawabanmu sangat kreatif!”

Pertanyaan Abu Nawas

Abu Nawas terkekeh gembira, “Well, seperti yang aku katakan, aku pasti akan lulus ujian ini dengan gemilang! Tapi, tunggu dulu, aku punya satu pertanyaan untukmu. Apa yang memiliki empat kaki di pagi hari, dua kaki di siang hari, dan tiga kaki di malam hari?”

Lelaki misterius itu merenung sejenak, lalu berkata, “Aku tidak tahu, Abu Nawas. Apa itu?”

Abu Nawas tersenyum lebar, “Kau tahu, aku juga tidak tahu! Tapi pasti sangat lucu untuk melihatmu memikirkannya!”

Keduanya tertawa bersama-sama, dan Abu Nawas merasa senang bahwa meskipun ia mungkin bukan seorang sufi yang bijak, ia masih bisa menemukan cara untuk menyenangkan hati Allah dengan senyum dan kebahagiaannya.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa humor adalah anugerah Allah, dan meskipun kita harus serius dalam keimanan kita, kita juga bisa tersenyum dan tertawa dalam perjalanan kita menuju-Nya.

Dapatkan Artikel Lainnya diĀ Google News