Abu Nawas Dihukum Pancung Malah Minta Dihukum Gantung, Akhirnya...Abu Nawas Dihukum Pancung Malah Minta Dihukum Gantung, Akhirnya...

Abu Nawas Dihukum Pancung Malah Minta Dihukum Gantung, Akhirnya…

NYAWA Abu Nawas di ujung tandung. Hukuman mati dihadapinya, sesuai putusan sang Raja Harun Al Rasyid. Namun, bukan Abu Nawas namanya jika hanya berdiam diri.

Ada saja langkah tak terduga yang dilakukan, hingga membuatnya kembali lolos dari jeratan hukuman.

Seperti apa? Simak artikel berikut hingga tuntas.

Cita-cita atau obsesi menghukum Abu Nawas sebenarnya masih bergolak, namun Baginda merasa kehabisan akal untuk menjebak Abu Nawas.

Seorang penasihat kerajaan kepercayaan Baginda Raja menyarankan agar Baginda memanggil seorang ilmuwan-ulama yang berilmu tinggi untuk menandingi Abu Nawas.

Pasti masih ada peluang untuk mencari kelemahan Abu Nawas. Menjebak pencuri harus dengan pencuri. Dan ulama dengan ulama.

Baginda menerima usul yang cemerlang itu dengan hati bulat. Setelah ulama yang berilmu tinggi berhasil ditemukan, Baginda Raja menanyakan cara terbaik menjerat Abu Nawas.

Ulama itu memberi tahu cara-cara yang paling jitu kepada Baginda Raja.

Baginda Raja manggut-manggut setuju. Wajah Baginda tidak lagi murung.

Apalagi ulama itu menegaskan bahwa ramalan Abu Nawas tentang takdir kematian Baginda Raja sama sekali tidak mempunyai dasar yang kuat:

Tiada seorang pun manusia yang tahu kapan dan di bumi mana ia akan mati apalagi tentang ajal orang lain.

Ulama andalan Baginda Raja mulai mengadakan persiapan seperlunya untuk memberikan pukulan fatal bagi Abu Nawas.

Siasat pun dijalankan sesuai rencana. Dan Abu Nawas terjerembab ke pangkuan siasat sang ulama.

Abu Nawas Dihukum Pancung

Abu Nawas melakukan kesalahan yang bisa menghantarnya ke tiang gantungan atau tempat pemancungan.

Benarlah peribahasa yang berbunyi sepandai-pandai tupai melompat pasti suatu saat akan terpeleset.

Kini, Abu Nawas benar-benar mati kutu. Sebentar lagi ia akan dihukum mati karena jebakan sang ilmuwan ulama.

Benarkah Abu Nawas sudah keok? Kita lihat saja nanti. Banyak orang yang merasa simpati atas nasib Abu Nawas, terutama orang-orang miskin dan tertindas yang pernah ditolongnya.

Namun derai air mata para pecinta dan pengagum Abu Nawas tak.akan mampu menghentikan hukuman mati yang akan di jatuhkan.

Baginda Raja Harun AI Rasyid benar-benar menikmati kemenangannya. Belum pernah Baginda terlihat seriang sekarang.

Keyakinan orang banyak bertambah mantap. Hanya satu orang yang tetap tidak yakin bahwa hidup Abu Nawas akan berakhir se tragis itu, yaitu istri Abu Nawas.

Bukankah Alla Azza Wa Jalla lebih dekat daripada urat leher. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Gagah.

Dan kematian adalah mutlak urusanNya. Semakin dekat hukuman mati bagi Abu Nawas; orang banyak semakin resah.

Tetapi bagi Abu Nawas malah sebaliknya. Semakin dekat hukuman bagi dirinya, semakin tenang hatinya.

Malah Abu Nawas nampak setenang air danau di pagi hari. Baginda Raja tahu bahwa ketenangan yang di tampilkan Abu Nawas hanyalah merupakan bagian dari tipu dayanya.

Tetapi Baginda Raja telah bersumpah pada diri sendiri bahwa beliau tidak akan terkecoh untuk kedua kalinya.

Sebaliknya Abu Nawas juga yakin, selama nyawa masih melekat maka harapan akan terus menyertainya.

Tuhan tidak mungkin menciptakan alam semesta ini tanpa di taburi harapan-harapan yang menjanjikan.

Bahkan dalam keadaan yang bagaimanapun gentingnya. Keyakinan seperti inilah yang tidak di miliki oleh Baginda Raja dan ulama itu.

Seketika suasana menjadi hening, sewaktu Baginda Raja memberi sambutan singkat saat menjelang Abu Nawas Dihukum Pancung atas diri terpidana mati.

Permintaan Terakhir

Kemudian tanpa memperpanjang waktu lagi Baginda Raja menanyakan permintaan terakhir sebelum Abu Nawas Dihukum Pancung.

Dan pertanyaan inilah yang paling di nanti-nantikan Abu Nawas. “Adakah permintaan yang terakhir”

“Ada Paduka yang mulia.” jawab Abu Nawas singkat. “Sebutkan.” kata Baginda.

“Sudilah kiranya hamba di perkenankan memilih hukuman mati yang hamba anggap cocok wahai Baginda yang mulia.” pinta Abu Nawas.

“Baiklah.” kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas.

“Paduka yang mulia, yang hamba pinta adalah bila pilihan hamba benar hamba bersedia di hukum pancung, tetapi jika pilihan hamba di anggap salah maka hamba di hukum gantung saja.” kata Abu Nawas memohon.

“Engkau memang orang yang aneh. Dalam saat-saat yang amat genting pun engkau masih sempat bersenda gurau.

Tetapi ketahui!ah bagiku segala tipu muslihatmu hari ini tak akan bisa membawamu ke mana-mana.” kata Baginda sambil tertawa.

“Hamba tidak bersenda gurau Raduka yang mulia.” kata Abu Nawas bersungguh-sungguh.

Baginda main terpingkal-pingkal. Belum selesai Baginda Raja tertawa-tawa, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.

“Hamba minta di hukum pancung!” Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu.

Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda yang semula berderai-derai mendariak terhenti.

Kening Baginda berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas. Baginda Raja tidak berani menarik kata-katanya karena di saksikan oleh ribuan rakyatnya.

NETWORK: Daftar Website

NetworK